-->

Mengapa Saat Daring, Pendapatan Ayahku Malah Berkurang


Saya adalah siswa SMA negeri 1 Pamotan kelas 12ips4. Tulisan ini berisikan tentang biaya hidup PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dan kegiatan saya dimasa pamdemi covid 19. Kini, pandemi Covid-19 bukan hanya krisis kesehatan saja, tapi juga krisis ekonomi. Penerapan social distancing dan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) tentu saja dapat mengurangi hingga memutus rantai penyebaran virus corona. Di sisi lain, kebijakan tersebut memberi dampak pada perekonomian penduduk dunia, termasuk Indonesia. Ada para pekerja maupun pengusaha yang dapat produktif dan bekerja secara online dari rumah, tetapi ada sebagian pekerja yang tak dapat bekerja sama sekali. Hal ini disebabkan karena jenis pekerjaan maupun usahanya tidak bisa dilakukan dengan metode online, sehingga pendapatannya berkurang atau bahkan tidak memiliki pemasukan sama sekali.
 
Dimasa pamdemi ini kegiatan keluarga saya sangatlah berbeda dengan sebelum adanya covid 19. Salah satunya adalah saya, saya yang sebelumnya dapat belajar di sekolah dengan bertatap muka langsung dengan guru, tetapi sekarang dengan adanya kondisi seperti ini tidak memungkinkan untuk sekolah dibuka kembali. Maka dari itu pemerintah memberlakukan aturan dengan melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ)dengan cara daring(pembelajaran online). Pembelajaran daring sangatlah berbeda dengan bertatap muka langsung. Pembelajaran langsung Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur dan Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan kepada siswa yang berprestasi rendah. Tetapi daring juga mempunyai kelebihan yaitu, peserta didik dapat belajar tanpa dibatasi oleh waktu, dan peserta didik dapat mengakses atau me-rivew bahan pelajaran setiap saat.Maka harus pintar pintar mencerna materi pembelajaran.
   
Di Masa pamdemi covid 19 ini juga membuat keadaan perekonomian keluarga saya menjadi berbeda. Bapak saya hanya seorang wiraswasta yaitu sebagai tukang kayu,bekerja ikut bosnya yang setiap saat menerima permintaan konsumen untuk membuat meja , kursi, lemari, jendela, pintu, bivet dll. Bapak saya hanya bekerja untuk menggarap kayu kayu untuk dijadikan perabot rumah tangga dan bosnya yang menjual nya ke konsumen jadi gaji bapak tidak terlalu banyak hanya sekitar 2juta sampai 2,5,juta-an perbulan.Tetapi Alhamdulillah cukup untuk memenuhi kebutuhan saya,adik, dan ibu juga keperluan rumah tangga. Beliau  adalah sosok yang luar biasa bagi saya karena berjuang keras untuk keluarga hanya demi sesuap nasi. Meskipun banyak kendala yang harus dihadapi saat bekerja tetapi tetap ikhlas menjalani pekerjaan nya dengan lapang dada Karena beliau adalah tulang punggung keluarga saya.
   
Tetapi sejak adanya pamdemi covid 19 perekonomian keluarga saya menjadi menurun. Penyebabnya pekerjaan bapak yang tidak stabil. Yang sebelumnya lancar menjadi sedikit penurunan karena kendala permintaan konsumen yang menurun dan tidak begitu banyak. Karena kondisi ini menyebabkan perekonomian konsumen masyarakat setempat yang terdampak menjadi menurun dan berakibat turunnya permintaan garapan perabot. Dan berdampak pada pekerjaan bapak saya, yang biasanya sebelum adanya pamdemi covid 19 bekerja setiap hari dan lancar sekarang tidak stabil karena garapan hanya sedikit, mengakibatkan bapak terkadang menganggur di rumah dan mengakibatkan gaji yang didapat tidak seperti sebelumnya kurang dari 1,5 juta. Tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan 2 anak(SMA+paud) yang masih memiliki tanggungan untuk sekolah SPP sekitar 150per bulan dan ditambah lagi biaya uang gedung sekolah pertahun 2juta-an, kebutuhan pokok kurang lebih 600perbulan,listrik sekitar 100 perbulan,uang jajan anak 450 perbulan,ditambah lagi cicilan perbulan sekitar 500an yang sangat memberatkan. Juga ditambah lagi sekolah mengharuskan membeli LKS untuk bahan pembelajaran siswa dan itu biayanya tidak sedikit kurang lebih 150ribu.  Belum lagi dengan adanya pemberlakuan pembelajaran daring dari pemerintah ini mengharuskan membeli kuota sekitar 40 ribu perbulan untuk memperlancar proses pembelajaran.Akibat kondisi pamdemi ini menyebabkan adanya pemberlakuan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh)dan pembelajaran online dan mengharsukan  para orang tua harus menyediakan kuota untuk memperlancar kegiatan belajar anak anaknya.

Jadi pada masa covid 19 ini menjadi berpengaruh pada perekonomian keluarga kami. Dengan adanya pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan menggunakan daring (online) siswa lebih banyak menghabiskan waktu dengan melihat gadget yang sebenarnya tidak bagus untuk kesehatan mata, jika penggunaannya melebihi batas normal makan akan mengakibatkan kerusakan mata. Tidak semua siswa yang mengikuti PJJ memahami materi yang disampaikan oleh guru. Selain itu pembelajaran jarak jauh juga menghabiskan banyak biaya untuk membeli data kuota internet, jadi para orangtuanya mengharuskan membelikan data internet. Kendala lainnya adalah tidak semua pelajar memiliki atau dipegangi HP oleh orang tuanya jadi itu menjadi kendala beberapa pelajar untuk mengikuti PJJ. Menurut saya lebih efisien pembelajaran langsung karena dengan bertatap muka dengan guru secara langsung siswa bisa lebih memahami materi pembelajaran. Pembelajaran langsung sangat efektif karena tidak terlalu banyak kendalanya. Jadi selain adanya pandemi covid 19, PJJ juga salah satu kendala yang mengakibatkan sedikit menurunnya perekonomian masyarakat dan keluarga saya. Tetapi Alhamdulillah sejak diberlakukannya new normal keadaan perekonomian keluarga saya menjadi berbeda dengan sebelumnya, dan perlahan lahan menambah dan kembali semula seperti sebelum adanya pandemi ini. Semoga pandemi covid 19 ini segera cepat berlalu dan sekolah kembali dibuka kembali agar para pelajar bisa belajar dengan baik dan efektif.

Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT..... sekian dari saya.... terima kasih banyak sudah membuka blog dan membaca tulisan saya.

_Nurul Nikmah(25)_Tugas Sosiologi_Sma Negeri 1 Pamotan_
Sumber tulisan: Blog milik Nurul Nikmah,  https://nurulnikmahjoho.blogspot.com/