Siswa SMA Negeri 1 Pamotan Gali Kearifan Lokal Desa Dasun untuk Kemandirian Pangan
Pamotan, Jateng — Inovasi berbasis kearifan lokal kembali hadir dari siswa SMA Negeri 1 Pamotan. Kali ini, dua siswa yakni Sri Wahyuni dan Yuli Riyatno, di bawah bimbingan Soepartono, berhasil melakukan penelitian berjudul “Pranata Banyu Dasun: Kearifan Lokal dalam Memahami Pergerakan Air Laut dan Air Sungai dalam Budidaya Udang dan Tambak Garam Guna Mewujudkan Desa Mandiri Pangan.”
Penelitian ini menjadi salah satu bentuk konkret perwujudan visi SMA Negeri 1 Pamotan sebagai sekolah riset dan sekolah adiwiyata—sekolah yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga berpihak pada lingkungan dan kebudayaan lokal.
Dilaksanakan di Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Jawa Tengah, penelitian ini menggali konsep pranata banyu, sebuah bentuk kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat pesisir. Pranata banyu mencerminkan pemahaman mendalam tentang pergerakan air laut dan air sungai yang dijadikan dasar dalam pengelolaan tambak udang maupun tambak garam.
Melalui riset ini, Sri dan Yuli mencoba memahami bagaimana masyarakat setempat memanfaatkan siklus air sebagai acuan waktu tanam, panen, hingga pengolahan tambak, tanpa ketergantungan pada teknologi modern.
Penelitian ini melibatkan langsung masyarakat Desa Dasun, khususnya para petani tambak dan nelayan. Melalui pendekatan kualitatif, peneliti melakukan observasi, wawancara mendalam, serta dokumentasi praktik budaya masyarakat pesisir yang masih melestarikan pranata banyu.
Tradisi ini tidak sekadar dijalankan sebagai adat istiadat, namun juga memiliki fungsi ekologis yang penting. Dengan mematuhi siklus alami air, masyarakat secara tidak langsung menjaga keseimbangan ekosistem pesisir, meminimalkan kerusakan lingkungan, dan menciptakan praktik budidaya yang berkelanjutan.
Motivasi utama dari penelitian ini adalah untuk mendukung terciptanya kemandirian pangan berbasis kearifan lokal. Dalam konteks krisis iklim dan ancaman ketahanan pangan, pranata banyu menjadi solusi alternatif yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga telah teruji oleh waktu.
Dengan mengangkat tradisi ini dalam sebuah riset ilmiah, para peneliti muda ini menunjukkan bahwa inovasi tidak selalu datang dari teknologi canggih, melainkan juga bisa lahir dari pemahaman terhadap nilai-nilai lokal yang telah lama hidup di tengah masyarakat.
Kepala SMA Negeri 1 Pamotan menyampaikan apresiasi atas semangat Sri dan Yuli dalam menjelajahi dunia penelitian. “Kami bangga karena siswa kami tidak hanya belajar teori, tetapi juga turun langsung ke masyarakat. Inilah semangat sekolah riset dan sekolah adiwiyata yang sesungguhnya,” ujarnya.
Dengan riset ini, SMA Negeri 1 Pamotan kembali menegaskan komitmennya dalam mencetak generasi yang ilmiah, peduli lingkungan, dan berakar kuat pada budaya lokal.
Penulis: Suhadi
Fotografer: Mulyono
Penyelaras: Mulyadi
Post a Comment