-->

Pesan Toleransi Dalam Gapura Soditan


www.sman1pamotan.sch.id - Yang menarik adalah idenya. Gapura cinta negeri yang ada di desa Soditan kecamatan Lasem kabupaten Rembang ini adalah buah dari gagasan toleransi nyata kehidupan masyarakat Lasem. Di gapura inilah terdapat simbol-simbol kerukunan identitas sosial dan ekonomi kreatif unggulan. Jelas ini adalah suatu konsep selangkah lebih maju dalam arsitektur pergapuraan. Gapura tidak hanya berkutat pada penanda batas dan kemegahan belaka. Pada gapura soditan inilah kita dapat belajar tentang koreksi fungsi gapura lama.

Adalah masyarakat Soditan Lasem pencetus ide gapura soditan ini. Menurut Nurrahman, warga Soditan, konsep gapura tidak harus selalu mahal, keberadaan gapura harus mampu menjadi penguat identitas sosial yang membanggakan masyarakat.

"Fungsi gapura sebisa mungkin menjadi penanda identitas ekonomi kreatif masyarakat setempat. Sehingga keberadaan gapura diharapkan mampu menjadi media harmonisasi sosial yang mensejahterakan", tegas Nurrohman.

Tampak ada empat icon yang membangun pesan dari gapura soditan Lasem ini. Empat  icon itu adalah kopi, batik tulis, rumah merah, dan surat al-fatihah.

Kopi dan batik tulis merepresentasikan ekonomi kreatif masyarakat Lasem. Selanjutnya rumah merah merepresentasikan kberadaan peranakan Tionghoa di Lasem. Dan Surat Al-Fatihah merepresentasikan bahwa Lasem adalah kawasan pondok pesantren. Melalui Empat ikon itu diracik sedemikian rupa oleh Nurrohman dan kawan-kawannya untuk menjadi icon gapura  soditan yang menjadi identitas Lasem.

"Melalui gapura soditan inilah Lasem semakin kuat dalam program pengembangan wisata religi di kemudian nanti", pungkas Nurrohman.

Terlepas dari itu semua, tentu saja keberadaan gapura soditan ini tidak dapat lepas dari suasana interaksi sosial di Lasem yang sangat toleran. Tentu saja bukan semata-mata karena Nurrohman sendiri yang menghasilkan gagasan kreatif ini. Tetapi karena nuansa kehidupan toleran di Lasem inilah yang telah menumbuhkan gagasan-gagasan kreatif yang menyejukkan kini dan dikemudian nanti.

Terima kasih Nurrahman,  terima kasih Lasem. Semoga selalu terjaga kehidupan yang toleran. Hidup Pancasila.

Jurnalis: Suhadi
Editor: Suhadi
Fotografer: MFD