-->

Kesenian Jedoran





















www.sman1pamotan.sch.id - PENELITIAN SISWA, Tulisan ini berisikan penelitian kelompok jedoran pada tanggal 7 September 2019. Dalam penelitian ini kami mendapatkan berbagai ilmu tentang kesenian pada zaman dahulu yang masih dilestarikan sampai sekarang. Hanya beberapa desa yang masih melestarikan kesenian jedoran ini. Maka dari itu kami meneliti kesenian jedoran ini karena unik dan jarang ditemui pada zaman sekarang.

Walaupun kesenian ini sulit dilakukan tetapi masih ada yang melestarikan, contohnya Desa Ngemplakrejo dan di Desa Sidorejo (Njumput) dan kelompok kami mengambil wawancara serta pengamatan dari Desa Ngemplakrejo. Disaat melakukan wawancara dengan narasumber yaitu Bapak Kasnawi, kami melakukan tanya jawab. Berbagai pertanyaan kami tanyakan kepada Bapak Kasnawi. Beliau adalah salah satu tim inti dari kelompok jedoran Ngemplakrejo.

Kami memilih Jedoran, pikiran dari salah satu kelompok kami yaitu Lailatul Fitriya. Jedoran ini berada di desa Ngemplakrejo. Tokoh Rt 1 Rw 2 Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang, yang mengusulkan jedoran ini adalah bapak Kasnawi. Beliau berumur 60 tahun dan bertamat pendidikan madrasah.

Jedoran ini sudah berdiri sejak tahun 2000, tepatnya pada tanggal 1 Januari. Biasanya mereka melakukan latihan dimana saja asalkan ada tempat yang boleh ditempati untuk latihan. Biasanya latihannya ada di masjid, di rumah bapak Kasnawi, dan dimakam mbah kendil wesi (leluhur desa Ngemplak Rejo). Yang menyaksikan pada saat jedoran ini didirikan yaitu hanya anggota jedoran itu sendiri. Di setiap tanggal berdirinya jedoran tidak diadakan syukuran dikarenakan biasanya Bapak Kasnawi dan ketuanya pun juga lupa akan berdirinya tanggal jedoran ini. ketuanya bernama Bapak Rusmani atau biasa dipanggil Mbah Rusmani anggota memilih Mbah Rusmani dikarenakan beliau yang melatih atau mengajari peralatan yang ada pada jedoran dan juga sebagai guru syarat untuk masuk ke tim jedoran  ini tidak ada tetapi jika ada yang ingin masuk harus bilang ke Mbah Rusmani. Pencetus nya bapak Kasnawi sekaligus yang membuat peralatan jedoran juga Bapak Kasnawi yang termasuk anggota atau tim jedoran itu ada banyak tapi yang tim intinya ada 6 yaitu: Bapak Rusmani, Bapak Uken, Bapak Bayan, Bapak Shaleh, Bapak Kasramen, dan Bapak Kasnawi.

Modal yang dikeluarkan pada awal pembuatan peralatan pada saat itu membuat peralatan satu terbang  satu terbang harganya 100.000 dan membeli alat terbang 6 jadi semua terbang  jumlahnya 600.000 kalau  mau buat alat jedoran itu mahal satu alat jedoran 500.000 pada saat itu di tahun 2000  pada saat dulu masih sulit cari uang jadi iya buat jodoh ran yang kecil yaitu berharga 250000 model itu semuanya dari bapak Kasnawi sendiri tidak ada yang membantu maupun danan dari desa atau dana dari kelompok itu sendiri .Bapak Kasnawi memulai  jedoran itu pada saat di beliau berumur 17 tahun.Beliau juga mulai berkarir atau latihan di desa Ngemplakrejo lalu dilestarikan biar bisa dikembangkan oleh keturunan agar tidak gugur dan sampai Bapak Kasnawi berusia saat ini 60 tahun masih melakukan atau menggunakan kesenian jedoran di desa Ngemplakrejo ini.Bapak Kasnawi melakukan beberapa cara untuk melestarikan jedoran ini agar tidak gugur tapi tidak mudah dalam mempertahankan dikarenakan untuk mempelajari peralatan jedoran ini sangatlah sulit karena dalam memainkan peralatan jedoran ini tangan dan mulut harus bergerak secara bersamaan jadi jarang orang yang bisa melakukan alat jedoran ini. Adanya jedoran ini masyarakat sangat menyukainya karena jedoran merupakan kesenian dari dulu dan masih dilestarikan oleh bapak bapak yang ada di desa Ngemplakrejo maupun di Ngemplakrejo kidul. Jika kita ingin menjadi anggota kelompok jedoran itu kita tidak harus melakukan persyaratan tetapi jika ingin masuk kita hanya harus bilang kepada mbah Rusmani atau bapak Kasnawi tapi kita juga harus bisa menggunakan alat jedoran dan dan mengiringi lagu Jawa .ibu-ibu juga bisa mengikuti kegiatan jedoran ini atau kesenian jedoran ini tetapi ibu-ibu harus membentuk tim jedoran sendiri. Untuk mengikuti tim jedoran tidak memandang umur jika ada yang bisa melakukan walupun masih umur 17 tahun  dia juga bisa langsung mengikuti tim jedoran.

Perbedaan yang ada pada jedoran dan hadroh itu jedoran lebih sulit karena kalau mengetuk alatnya harus diiringi nyanyian jawa tapi kalau hadroh itu ada yang menyanyi dan ada yang
memukul. Jedoran ini terbuat dari langkis lulang atau disebut kulit sapi atau kulit kerbau. Biasanya pakaian untuk menampilkan jedoran tidak ada pakaian khusus karena pakaian itu sama pada saat dulu yang penting berpakaian alim menggunakan sarung, baju, dan peci itu sudah sopan kalau perempuan yang penting pakai hijab dan baju yang sopan atau menutup aurat. Aturan-aturan yang ada di jedoran tidak ada karena dalam. Aturan-aturan yang ada di jedoran tidak ada karena dalam jedoram yang paling penting menggunakan alat dengan lanyah atau baik. Biasanya aturan tersebut dibuat oleh anggota dan disetujui oleh ketuanya yaitu mbah rusmani, jika ada yang ingin menjadi ketua dia harus bisa menggunakan jedoran dengan baik atau lainyah dan menggunakan pakaian yang sopan. Jika ada yang ingin mengundang jedoram kita harus melapor kepada mbah rusmani atau bapak Kasnawi. Jika saat berlangsungnya kegiatan jedoran  dengan nyanyian-nyanyian dan diiringi jedoran dan terbangan dengan bersamaan lagunya biasanya ada yang  dari semarang kudus pati irama nya naik turun. Bayarannya 30.000 sampai 50.000 per orang dan jika ingin mengundang kita harus bilang ke mbah Rusmani.kegiatan unggulan yang pernah dilakukan yaitu satu bulanan bayi biasanya kegiatan ini dilakukan pada saat bayi berumur 1 bulan dilakukan untuk begadang (melekkan).Rencana ke depan yang diharapkan bapak Kasnawi kalau bisa ada yang meneruskan dan dilestarikan kesenian jedoran ini tapi jarang ada anak yang mau menggunakan alat jedoran karena latihannya sulit harapan ke depan yang diinginkan tim jedoran yaitu harus ada yang melestarikan supaya kedepannya masih ada kesenian di desa jedoran ini di Ngemplakrejo dan di desa-desa lainnya maupun di antar kabupaten sudah dikatakan respon masyarakat sangat baik kebanyakan masyarakat sekarang juga menyukai kesenian jedoran ini.

Jedoran adalah kesenian pada zaman dahulu yang masih dilestarikan sampai sekarang. Sekian dari artikel kelompok jedoran semoga bermanfaat kan menambah wawasan anda para pembaca.






Penulis: Avita Nur Cahyani, Kukuh Yoga Pratama, Lailatul  Fitriya, M. Ainul  Yaqin, Milatul Hasanah, Sonia Diah Puji Lestari. Penulis adalah kelas XI IPS 5, SMA Negeri 1 Pamotan.