-->

Rilis Luas Lahan Baku Sawah dan Produksi Padi 2019


www.sman1pamotan.sch.id -
JAKARTA - Beras merupakan makanan pokok bagi penduduk Indonesia yang mempunyai arti sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Ketidakstabilan harga beras akan berdampak besar pada inflasi dan kemiskinan. Stabilisasi harga beras harus terus dijaga. Akurasi data beras harus mendapat perhatian utama.

Berdasarkan hal tersebut, dalam proses validasi luas baku lahan sawah ini, setidaknya ada enam lembaga yang terlibat di antaranya adalah Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Badan Informasi Geospasial (BIG), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta Badan Pusat Statisik (BPS).

Sebagai wujud konkret perhatian mengenai data beras tersebut, dilakukan Rilis Data Hasil Luas Lahan Baku Sawah 2019 dan Produksi Padi 2019 sekaligus soft launching Agriculture War Room Kementerian Pertanian (ruang kontrol untuk melihat perkembangan pertanian di berbagai wilayah Indonesia secara langsung)

Data final produksi beras hasil Kerangka Sampel Area (KSA) dirilis (4/2) oleh BPS di AWR Kementerian Pertanian Jakarta. “Luas Panen Padi 2019 yaitu 10,68 juta hektar. Sementara total produksi Gabah Kering Giling sebesar 54,60 juta ton. Sehingga dengan konversi GKG ke beras menggunakan hasil survei Konversi Gabah ke Beras 2018 didapatkan total produksi beras tahun 2019 sebesar 31,31 juta ton. Artinya kita mengalami surplus beras sebesar 1,53 juta ton di 2019,” ucap Kecuk Suhariyanto, Kepala BPS pada saat menyampaikan rilis hasil KSA Padi.

Data tersebut didasarkan pada Luas Lahan Baku Sawah 2019 sesuai Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN No. 686/SK-PG.03.03/XII/ 2019 tanggal 17 Desember 2019 tentang Penetapan Luas Lahan Baku Sawah Nasional Tahun 2019. Di mana produksi merupakan hasil perkalian luas panen dengan produktivitas. “Adapun luas lahan baku sawah tahun 2019 adalah seluas 7.463.948 hektar,” ucap Sofyan Djalil, Menteri ATR/Kepala BPN.

Ke depannya, data luas lahan ini akan menjadi rujukan yang disepakati bersama sebagai dasar kebijakan. “Luas lahan baku sawah ini harapannya bisa di-update secara berkala,” ujar Kecuk.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menekankan bahwa aturan larangan alih fungsi lahan pertanian akan diterapkan dengan serius. “Saya telah melakukan koordinasi untuk presisi penghitungan dan verifikasi lahan baku sawah nasional,” ujarnya.

Turut berhadir pula dalam kegiatan tersebut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan. Ia juga memahami betapa pentingnya data. “Apapun zaman sekarang ini pekerjaan kita itu mainnya data. Kalau data dikelola dengan baik, ke depannya kita tidak akan berkelahi tentang impor beras atau pangan lainnya,” ucap Luhut yang mengapresiasi 100 hari kerja Menteri Pertanian untuk fokus memperbaiki data pangan di Indonesia.

“Dulu kami turun di Timor Timur (read: berperang mempertaruhkan nyawa). Tapi sekarang bukan itu lagi masalahnya, sekarang mencakup seluruh kehidupan orang banyak, melibatkan ratusan jutaan yang harus _ldiurusin perutnya. Big data sangat penting. Kita harus kerja teamwork,” tambah Luhut.

Di akhir acara, seluruh peserta disuguhkan dengan pengenalan dan penggunaan dashboard AWR. Semua peserta terkesima dan sangat antusias bahwa dengan ini akan mampu memonitoring perkembangan pertanian untuk kemajuan Indonesia.

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia