-->

Pemberdayaan Komunitas Wisata Alam Pagar Pelangi Dadapan

Assalamualaikum para pembaca Budiman. Selamat membaca sedikit curahan hati seorang pelajar kelas XII IPS SMA N 1 Pamotan yang pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2021 telah melaksanakan kegiatan Learning Tour Di Wisata Alam Pagar Pelangi.

Ada yang tau Pagar Pelangi itu apa? Nah, jika sudah tau mungkin pembaca bisa memberi koreksi ataupun masukan agar tulisan ini lebih sedikit sempurna. Jika belum tau maka simak terus dan baca tulisan ini yaaa, semoga tidak bosan dan merasa gembira hati setelah membaca tulisan ini.

Sebagai permulaan saya Nur Afifah Fitriani ingin menceritakan bagaimana ceritanya sehingga saya bisa berada di Pagar Pelangi. Nah, saya bisa berada di sana karena saya mengikuti kegiatan Learning Tour yang diadakan mata pelajaran Sosiologi oleh guru pendamping Bapak Suhadi.

Tidak hanya saya dan Bapak Suhadi yang mengikuti kegiatan ini, tentu banyak siswa IPS lainnya ikut berpartisipasi, dan juga ada bapak ibu guru pendamping lainnya saya yakin teman saya mengikuti kegiatan ini karena mungkin mereka belum pernah datang kesana sehingga ada rasa kepo yang membara untuk mengetahui apa saja yang ada di dalamnya. 

Pagar pelangi terletak di desa Dadapan, Kecamatan Sedan, Kabupaten Rembang. Kegiatan ini mula-mula dilakukan dijadwal pada pukul 08.00 WIB. Namun karena kita adalah masyarakat Indonesia yang terkenal dengan karetnya maka kegiatan ini bisa berlangsung pada pukul 10.00. Sangat molor bukan pemirsa? Namun kemoloran ini disebabkan karena pada saat itu ada Bapak Bupati Rembang yang berkunjung di sekolah sehingga kegiatan ini agak mundur waktunya. 

Saya dan siswa lainnya berkumpul terlebih dahulu di sekolah agar kami bisa berangkat secara bersama-sama dan menikmati perjalanan dengan sedikit ngantuk karena terlalu lama menunggu, ditambah debu jalanan yang membuat kami sedikit ingin marah namun karena kami adalah siswa yang baik hati maka marah itu dapat redam ketika kami telah sampai di lokasi Pagar Pelangi. Jujur, saya sendiri merasa biasa saja ketika sampai karena sebelumnya saya pernah kesana. Namun saya mencoba untuk menyenangkan mood saya sehingga hati saya agak sedikit senang ketika mengikuti kegiatan ini.

Pertama-tama kami berkumpul terlebih dahulu untuk mewawancarai Bapak Abadi yang mana beliau adalah pemilik Wisata alam dan pemilik pondok pesantren RN ASA. Ada yang pernah dengar nama tersebut? Jika belum salahkan berkunjung kesana untuk mengetahui pondok tersebut dan sedikit membantu Wisata Pagar Pelangi agar banyak dikenal masyarakat Indonesia Raya Merdeka. 

Setelah wawancara selesai sekitar satu jam lebih saya dan siswa lainnya memutari wisata ini karena kepo apa saja yang ada di dalamnya. Ternyata banyak suguhan dan spot foto yang instagramable sehingga menarik gairah untuk melakukan jepretan sebagai kenang-kenangan bahwa ternyata kami pernah datang kesana. 

Pagar pelangi ini ternyata dibuat sendiri oleh santri-santri pondok RN Asa, yang biayanya diambil dari uang iuran setiap tahunnya. Karena pada saat itu terdapat wabah virus corona sehingga tidak ada agenda tahunan, yang mana kata Pak Abadi agenda tahunan biasanya adalah seperti ziarah ke makam para wali, dan kegiatan islami lainnya. Maka dari itu uang iurannya digunakan untuk membuat destinasi wisata yang kini banyak dikenal banyak orang. Pengelola dari wisata inipun merupakan dari para santri, mulai dari penjaga tiket dan penjual makanan ringan. Selain itu, ada juga kolam renang yang diminati banyak orang, terutama anak kecil sehingga banyak pengunjung dapat bertahan lebih lama untuk menikmati wisata alam ini. Selain dari santri pondok, ada juga ibu-ibu dari daerah sekitar yang ikut berpartisipasi untuk berjualan makanan ringan. Untuk tiket masuknya sendiri hanya Rp,2.000. Sangat terjangkau bukan? Meskipun banyak yang berkunjung namun protokol kesehatan harus tetap diterapkan. 

Selain cerita asal-usul terbentuknya Pagar Pelangi, ternyata ada juga yang menarik dari sini, yaitu banyak santri yang memiliki keterbatasan dan kekurangan, seperti yang dikatakan Pak Abadi, umumnya siswa disini membutuhkan perhatian khusus karena banyak yang mengalami keterbatasan. Santri dengan kekurangan itu datang dari berbagai daerah di Kabupaten Rembang, dari yang tidak punya ayah, tidak punya ibu, tidak punya ayah ibu, bahkan santri yang tidak memiliki identitas pun banyak di pondok ini. Pak Abadi sebagai ustadz merasa tidak keberatan dengan banyaknya santri yang memiliki keterbatasan dan kekurangan itu. Beliau tulus dan ikhlas merawat santrinya dengan penuh kasih sayang. Sangat mulia sekali bukan? 

Nah, itulah perjalanan yang saya lakukan pada tanggal 26 Oktober 2021. 

Pada pukul 13.00 kegiatan ini diakhiri dan kami semua berpamitan lalu pulang ke rumah masing-masing dengan hati-hati karena mata terasa berat ingin tidur dan perut berteriakan ingin diberi asupan. Oke sekian tulisan ini apabila ada yang kurang berkenan mohon dimaafkan sebesar-besarnya. Terima kasih semua. Wassalamualaikum wr,wb

Penulis adalah Nur Afifah Fitriani, e-mail afifahfitriani@gmail.com, alamat: Ds. LodanWetan, Kec. Sarang, Kab. Rembang.

Keterangan: Tulisan ini pernah tayang di https://afifahfitriani39.blogspot.com/2021/11/pemberdayaan-komunitas-wisata-alam.html