-->

Transkrip Wawancara Dengan Bapak Sutrisno


Penulis: Niswatin Afifah,Dina Fitriyanti, Tino Prasetyo

Pada hari Senin tanggal 17 Januari 2022,pukul 09.30-11.05 wib kami pergi ke kantor polisi Pamotan guna mewawancarai salah satu bapak polisi tentang pandemi covid-19. Beliau adalah bapak Sutrisno. Berikut ini merupakan transkrip wawancaranya.

Afifah: “Baik kami sudah bersama dengan bapak polisi Pamotan,maaf pak dengan bapak siapa?”

Bapak polisi: “Sutrisno”

Afifah: “ee boleh menanyai biodata bapak?”

Bapak Sutrisno: “iya boleh”

Afifah: “tadi namanya bapak Sutrisno?”

Bapak Sutrisno: “iya”

Afifah: “tempat tanggal lahir pak?”

Bapak Sutrisno: “Blora,20-oktober-1977”

Afifah: “agama?”

Bapak Sutrisno: “islam”

Afifah: “umur pak?”

Bapak Sutrisno: “umur sekarang 44”

Afifah: “alamat kediaman rumah bapak?”

Bapak Sutrisno: “sekarang, beralamat di desa Sumberejo, Rt06 rw02 kecamatan Rembang kota.”

Afifah: “boleh tau pendidikan terakhir bapak?”

Bapak Sutrisno: “S1”

Afifah: “terima kasih pak biodatanya”

Bapak Sutrisno: “iya”[tersenyum]

Afifah: “sejak kapan pandemi covid-19 berlangsung di daerah ini pak?”

Bapak Sutrisno: “Menurut kami sudah berjalan sejak 2 tahun kebelakang,2 tahun berarti 2020-2021.”

Dina: “Bagaimana respon awal masyarakat pak?”

Bapak Sutrisno: “Awalnya masyarakat itu dulu menolak dengan adanya pandemi ini karena apa? karena ini adalah virus kita sama-sama tidak tahu, makanya dari masyarakat itu menolak dengan adanya pandemi seperti ini.”

Dina: “Hal kebiasaan apa yang berubah saat terjadi pandemi pak?”

Bapak Sutrisno: “semuanya akan berubah diawali dari diri kita, contoh kita yang dulunya jarang cuci tangan sekarang sering cuci tangan, yang dulunya kita tidak pakai masker lalu disuruh pakai masker terus kemudian yang dulu kan ada ini istilah dulu nggak boleh keluar jam malam gitu kan karena banyak yang kena ada pembatasan-pembatasan dari pemerintah yang diberikan kepada kita wewenang itu dan kemudian kita melakukan sama-sama dengan pemerintah daerah seperti dari kelurahan,dari kecamatan, Koramil dan pihak kita(polisi),karena kalo kita tidak bersama-sama bakal susah.”

Afifah: “Bagaimana respon masyarakat tentang peraturan baru yang dibuat pemerintah?”

Bapak Sutrisno: “Dulu masyarakat tidak mau terima atau menolak, tetapi kalo kita terus-menerus menyampaikan lewat operasi atau lewat apapun akhirnya masyarakat itu mau dan menerima.”

Dina: “Apa terjadi banyak pelanggaran pak, seperti ppkm, protokol kesehatan dan bagaimana solusinya?”

Bapak Sutrisno: “pelanggaran itu ada tetapi kita selaku masyarakat dan warga negara harus mematuhi karena apa? Karena kita hidup bernegara makanya kita sama-sama dari polisi atau ada yang lain kita sama-sama mentaati peraturan itu.”

Dina: “Apa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah saat terjadi pandemi pak?”

Bapak Sutrisno: “kebijakan-kebijakan itu dari pemerintah banyak,kita ada jam malam kebijakan-kebijakan itu supaya apa? pemerintah itu maksudnya kita semua harus taat kepada aturan-aturan itu karena kalo kita tidak mentaati peraturan yang ditentukan pemerintah tentang ppkm kita tidak bisa, seperti di lockdown itukan kita harus tau apa itu kebijakan pemerintah seperti cuci tangan,terus kemudian pakai masker,jaga kesehatan,harus olahraga itu semua harus di awali dari diri kita masing-masing.”

Afifah: “Oh iya pak kenapa pas sekarang pedagang itu tutup lebih awal pada malam hari?”

Bapak Sutrisno:  “kalo itu sudah ada aturannya ppkm itukan ada levelnya,level satu,level dua,tiga dan seterusnya kalo levelnya atau yang kena banyak itu levelnya sudah tinggi terus kemudian nanti ada aturan-aturan yang diberikan pemerintah itu harus kita fahami, makanya kita selaku pihak kepolisian memberikan seperti pengertian kepada masyarakat bagaimana level-level ini akan berjalan karena dari situlah kita akan tau.”

Afifah: “Apa respon para pedagang disuruh tutup lebih awal pak?”

Bapak Sutrisno: “dulu respon masyarakat dia tidak mau terima tetapi setelah dikasih pengertian dia mau terima karena kadang masyarakat itu menolak dulu tapi setelah dikasih pengertian dia tutup lebih awal supaya pandemi tidak berkepanjangan karena kita selalu memberikan himbauan-himbauan kepada masyarakat atau pedagang yang dulunya dia jualan sampai malem, jualan sampai pagi dikasih pengertian akhirnya mau terima dengan baik karena kalo dia tidak mau kita harus ambil tindakan tegas karena ini adalah pandemi.”

Dina: “Apa para pedagang dapat bantuan dari pemerintah pak?”

Bapak Sutrisno: “Dapat,dari pemerintah dapat seperti beras nyuwun sewu semua diberikan kepada masyarakat yang berdampak,pemerintah memberikan seperti uang itu ada,dari pihak polisi pun dulu ada tapi bapak lupa.

Afifah: “Tindakan apa yang dilakukan pihak polisi saat terjadi puncak pandemi?”

Bapak Sutrisno: “Tindakan kita harus membatasi pergerakan orang,kita harus bisa membatasi makanya kita sering patroli malam karena puncak pandemi kalo kita pihak polisi yang bergerak itu tidak akan berhasil, tetapi kita sama-sama dari pihak desa, kemudian dari kabupaten,dari pihak Koramil itu sama-sama kita bekerja makanya kita harus ada jam malam karena supaya tidak keluyuran seenaknya.”

Tino: “Bagaimana suasana yang dirasakan pada saat terjadi lockdown di puskesmas/rumah sakit?”

Bapak Sutrisno: “lockdown di puskesmas/rumah sakit sebenarnya virus ini kita bisa mengatasi tetapi, tetapi lo ya kalo kita tidak mentaati peraturan dari pemerintah kita kesulitan, kesulitan yang bagaimana? Lockdown itukan tidak boleh keluar hanya supaya tidak menular makanya dijaga oleh kita karena pemerintah menunjuk pihak polisi sama TNI sama-sama dari kabupaten sama-sama menjaga supaya orang yang di lockdown didalam itu tidak menular kalo di biarin bisa menular semua.”

Dina: “Bagaima suasana yang dirasakan pada saat terjadi pasien yang banyak meninggal pak?”

Bapak Sutrisno: “suasananya juga pada saat itu pasti takut, kita sama-sama dari puskesmas, sama-sama dengan Koramil kita sama-sama supaya memberikan pengertian kepada masyarakat kita jangan takut,pak presiden kan bilang seperti itu tapi kita menghadapi,kita harus melalui makanya kita harus vaksin itu ikuti aja aturan itu.”

Afifah: “Bagaimana proses saat pasien yang meninggal dengan pemakaman protokol covid-19?”

Bapak Sutrisno: “Prosesnya dari pihak rumah sakit itu mengabari kita bahwa ada pasien yang meninggal kemudian dari pihak desa memberikan nyuwun sewu himbauan, himbauan bagaimana menguburnya kita disana kita ikut pasti kalo ada pasien yang meninggal pasti kita ikut ada kan? supaya masyarakat yang disana ngerti biar nggak takut memberikan seperti motivasi.”

Dina: “Bagaimana respon masyarakat ketika pemerintah mewajibkan vaksin covid-19 pak?”

Bapak Sutrisno: “Dulunya masyarakat itu banyak yang takut ada yang mau, memang pertama takut makanya presiden khususnya memberikan contoh dulu,baru masyarakat ngerti akhirnya masyarakat tentang vaksin ini kita kan harus dipaksa Supaya kita kebal terhadap virus itu,kamu sudah vaksin to?”

Kami: “ sudah”

Bapak Sutrisno: “sudah berapa kali?”

Kami: “2”

Bapak Sutrisno: “besok 3 kali”

Kami: “loh ada no pak?”

Kami dan bapak Sutrisno: “hahahah,[kami dan bapak Sutrisno tertawa bersama].”

Afifah: “Bagaimana respon masyarakat ketika diberlakukan isolasi pada pasien yang terkena covid-19?”

Bapak Sutrisno: “dulunya masyarakat tidak mau, tetapi setelah diberikan pengertian oleh tetangga kanan, kiri karena gini pasien covid itukan kelihatannya tidak sepele, tapi jangan di jauhi, pakai apa? Handphone sekarang sudah canggih di beri motivasi misalkan tetangga ada yang kena nih,jenengan berani nggak jenguk dia?.”

Kami: “nggak”

Bapak Sutrisno: “kenapa?”

Kami: “ ya takut ketularan pak”

Bapak Sutrisno: “sekarang kan sudah canggih pakek handphone kasih motivasi lewat itu”

Kami: “ hehe bukannya malah di jauhi ya pak”

Bapak Sutrisno: “ya jangan di jauhi,kalo dulu di jauhi bener nggak?”

Kami: “iya hehe”[kami tertawa]

Bapak Sutrisno: “ wahh”

Tino: “Bagaimana respon masyarakat ketika terjadi pembaruan perayaan idul Fitri seperti mudik itu lo pak?”

Bapak Sutrisno: “Sebenarnya mudik itu dibatasi,hal yang baru pada saat untuk hari raya dulunya kan nggak ada diberlakukannya harus mematuhi protokol kesehatan, kemudian di umumkan pemerintah kita tidak boleh mudik.Kita selaku penegak hukum memberikan himbauan-himbauan kepada masyarakat yang intinya masyarakat supaya tau kalo mudik itu boleh,tapi harus mematuhi protokol kesehatan biasanya setelah mudik kan capek,saat capek gampang masuk virusnya, makanya kita selaku penegak hukum kita harus memberikan himbauan-himbauan kepada masyarakat tentang jangan mudik,harus mematuhi protokol kesehatan, harus menjaga jarak atau jangan berkerumun.”

Afifah: “perihal penerapan protokol kesehatan bagaimana respon atau perilaku masyarakat saat di pasar, sekolah, tempat ibadah pak?”

Bapak Sutrisno: “ itu ada aturannya dari pemerintah kita harus jaga jarak, makanya sekarang dengan adanya pandemi kita harus benar-benar jaga kondisi, makanan, semuanya kita jaga.”

Dina: “Bagaimana proses pelaksanaan vaksin tahap 1 dan 2 pak?”

Bapak Sutrisno: “prosesnya tahap satu takut yang kedua akhirnya mau setelah kita kasih pengertian, yang beredar di masyarakat itukan yang jeleknya.”

Dina: “pelajaran apa yang dpat diambil dari terjadinya pandemi covid-19 pak?”

Bapak Sutrisno: “sabar, tawakal,dan selalu berdoa.”

Afifah: “perihal pola hidup sehat masih pentingkah untuk hidup dimasa yang akan datang pak?”

Bapak Sutrisno: “masih,kita semuanya harus menentukan dengan pola hidup sehat diawali diri kita, makanya taati aturan yang ditentukan pemerintah supaya tidak terkena hal-hal dari pandemi.


Demikian transkrip wawancara kelompok kami, transkrip ini sebagai bahan untuk menyusun tulisan artikel ini.

* Penulis adalah siswa SMA negeri 1 Pamotan saat ini sedang duduk di bangku kelas X1 jurusan IPS.