-->

Transkrip Wawancara Pandemi Dengan PEMDES Desa Ringin

Penulis: Dwi Kurniati, Elya Mafazatun Nikmah, Indah Mujiati 

Pada hari jum'at tanggal 21 Januari 2022 pukul 09.00 - 10.00 kami pergi ke Desa Ringin untuk mewawancarai PEMDES desa tersebut tentang pandemi covid-19. Berikut adalah transkrip wawancaranya.

Dwi Kurniati: "Perkenalkan nama saya Dwi kurniati beserta tema-teman saya Ellya Mafazatun Nikmah, Indah mujiati dari SMA N 1 Pamotan ingin mewawancarai mengenai konflik sosial di era pandemi. Sebelum itu aya ingin bertanya nama bapak dulu".

Pak Ayatullah: "Nama saya Ayatullah selaku sekdes dan yang ini pak Muhadi selaku Kades desa ringin". 

Dwi Kurniati: "Baik pak, kalau begitu saya mulai pertanyaannya. Untuk pertanyaan pertama bagaimana respon awal masyrakat saat terjadi pandemi covid-19".

Pak Ayatullah: "Baik mba, beserta teman-teman dari SMA N 1 Pamotan. Untuk respon pertama masyarakat saat awal pamdemi itu banyak yang tidak percaya akan adanya pandemi covid-19 karena penyakitnyakan tidak kelihatankanya dan ini juga penyakit bari jadi pada intinya masyarakat cenderung acuh tak acuh".

Dwi Kurniati: "Untuk pertanyaan kedua, apakah ada hal dan kebiasaan yang berubah saat pandemi terjadi"?


Pak Ayatullah: "Banyak, pertama ada dispensif sosila, pembatasan berdagang, contohnya misal ada pengajian, tahlil rutin tapi karena ada himbauan dari pemerintah untuk sementara jangan ada kumpul-kumpul, kemudian kebiasaan pakai masker lalu cuci tangan pakai sabun mulai dilakukan ats arahan PEMDES".

Dwi Kurniati: "Menurut bapak apa saja dampak yang paling berasa bagi masyarakat"?

Pak Ayatullah: "Untuk dampak yang paling berasa itu kegiatan ekonomi karena ada pembatasan jam kerja, dulu pas waktu awal pandemi itu jam 7 sudah tutup dan akhirnya banyak yang gulung tikar. Kalau di ringin sendiri itu karena mayoritasnya itu petani masih berkecukupan kecuali bag] yang pedagang itu sangat terasa dampaknya".

Dwi Kurniati: "Bagaimana cara mengatasi konflik tersebut pak"?

Pak Ayatullah: "Konflik? Sebenarnya gak konflik ya, istilahnya itu bukan konflik tapi semacam culturalse, nah untuk cara mengatasinya itu dengan cara sosialisasi ke warung-warung, toko-tok, sosialisasi ke skolah-sekolah, madarasah agar mereka faham akan bahaya covid dan dari pengurus desa itu ada bantuan yang namanya BLTD(Bantuan Langsung Tunai Des) untuk masyarakat desa ringin yang terdampak akibat adanya covid. Jadi ada 189 KK yang mendapat bantuan langsung tunai sebesar Rp. 2.400,000,00 dalam setahun".

Dwi Kurniati: "Apa saran untuk mengatasi masyarakat yang melanggar prokes"?

Pak Ayatullah: "Sarannya yaitu dengan cara pendekatan secara langsung ke warga-warga".

Pak Muhadi: "Saya ingin menambahkan untuk yang terdampak itu kami dari desa juga memberi bantuan berupa sembako untuk warga yang terkena covid-19 dan sedang berkarantina".

Dwi Kurniati: "Sudah pak, untuk penutupnya boleh kami minta foto bersama untuk laporan"?

Pak Ayatullah: "oh, boleh-boleh".

Dwi Kurniati: "Terimakasih pak atas waktunya, kalau begiti kami pamit pulang dulu".

Demikian transkrip dari kelompok kami, transkrip ini bertujuan untuk mengisi artikel kami.


Penulis adalah siswa SMA N 1 Pamotan kelas XI IPS 4