-->

Persoalan Sampah dan Kebersihan Pasar Pamotan


Selasa 02 Agustus 2022 Penulis berkunjung di Pasar Tradisional Pamotan. Kunjungan kali ini lain dari kunjungan biasanya. Pagi sebelum berangkat sekolah, Penulis ditemani Kakak dalam pengamatan seputar sampah dan kebersihan di pasar. Kami berdua berangkat dari rumah menuju pasar mengenakan sepeda motor. Jarak rumah kami dengan pasar relatif dekat (versi googlemap), yaitu sekitar 500 meter dengan waktu tempuh enam menit.  

Tepat di Jl. Jatirogo/ Jl. Pancur-Pamotan/ Jl. Provinsi Lasem - Sale, Pasar Pamotan berada. Bagi pengunjung dari luar kota yang ingin ke Pasar Pamotan, dapat melalui jalur Pantura Jawa, yaitu jalur kota Lasem dengan jarak tempuh 17 menit 9 km, dan melalui jalur kota Rembang dengan jarak tempuh 23 menit 12,4 km. Untuk para pengunjung Pasar Pamotan, Penulis sarankan mampir juga ke Warung Pak No, di warung ini kalian dapat menikmati kuliner khas Soto Klaten dan Asem-Asem khas Pamotan. 

Pasar merupakan ruang interaktif para pembeli dan penjual dari segala penjuru dalam melakukan kegiatan jual beli barang maupun jasa. Disinilah para penjual dan pembeli melakukan aktivitas kesehariannya. Denyut nadi Pasar Pamotan dimulai pukul 03 pagi dan biasanya diakhiri pada siang menjelang sore, pasar sudah tampak mulai sepi. Dengan letak yang strategis, Pasar Pamotan dapat diakses oleh para petani yang membawa sayuran, buah-buahan, kelapa, dan bahan pangan hasil bumi lainnya untuk dijual kepada pengepul dan pedagang. Kegiatan pagi itu dimulai di pelataran Terminal Pamotan, yang kebetulan letaknya berdampingan dengan Pasar Tradisional Pamotan ini. Tercatat terminal ini menyumbang tertinggi ke tiga dari jumlah Penerimaan Retribusi Terminal Tipe C di Kabupaten Rembang.  

Terkait dengan pengamatan seputar sampah dan kebersihan di pasar, pagi itu, Penulis segera  mengunjungi tempat pengumpul sampah Pasar Pamotan. Disela menuju tempat tersebut, Penulis melintasi deretan pedagang toko dan lesehan. Tampak deretan penjual mulai dari penjual buah, penjual sayur, penjual ikan, penjual daging, penjual jajanan pasar, penjual baju, penjual jamu, penjual perabotan rumah tangga, penjual plastik, tukang jahit baju dan sol sepatu, tukang becak, tukang parkir, tukang angkut barang, tukang selepan kopi, tukang tosa, tukang ojek, dan lain-lain sedang sibuk dengan aktivitasnya. Disinilah khas suara pasar tradisional, terdengar interaksi dan transaksi jual beli barang dan pergerakan barangnya.  

Selangkah Penulis memundurkan kaki ketika melihat deretan pedagang dan penjual jasa di pasar. Mereka saling berdampingan satu sama yang lain disepanjang koridor toko pasar. Tampak tidak ada batas antar pedagang. Terlihat, sesekali mereka saling bercengkrama sembari menanti pembeli barang dagangan dan jasanya. Pagi itu, tampak bapak paruh baya yang sedang duduk didepan kursi perkakas rumah tangga. Dia adalah Perajin Panci yang produknya biasa digunakan memasak di dapur, termasuk di dapur ibuku saat membuat masakan soto. Perajin perkakas peralatan rumah tangga ini terlihat tenang saat berdampingan dengan penjual sembako. Tampak kakinya dijulurkan ke tampah yang berisi tumpukan siung bawang merah. 

Penulis sempat mendengar cerita tentang interaksi sosial antara pedagang pasar. Dalam cerita tersebut berisikan tentang gesekan antara pedagang pasar dalam hal penataan barang dan harga dagangannya. Namun dalam cerita tersebut tidak Penulis lihat saat berkunjungan ke Pasar Tradisional Pamotan.   

Perajin Panci dan Wajan di Pasar Tradisional (Fotografer:Tristania Silfika, 02/08/2022)

Usai melintas jalan koridor penghubung antar los pasar, sampailah di lokasi tempat sampah Pasar Pamotan. Lokasi tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah pasar ini adalah di sebelah pojok timur pasar. 

Bangunan fisik tempat sampah Pasar Pamotan adalah berpagar tembok pintu di bagian depan. Bangunan sampah tampak setinggi bangun sekitar. Atap bangunan dalam keadaan terbuka. Tampak sinar matahari dapat langsung menyinari tumpukan sampah sementara sebelum dibawa ke tempat pembuangan akhir. 

Gambar: Suasana tempat pembuangan sampah di Pasar Pamotan (Fotografer  Kakak Tristania Silvika)
 
Berdasar pengamatan, tempat pembuangan sampah sementera yang ada di pasar tradisional cenderung dicampur begitu saja tanpa ada pemilahan secara khusus terhadap jenis, bentuk, dan ukuran sampahnya. Terdapat dua bak pembuangan sampah sementara. Sebelumnya, sampah-sampah ini berasal dari toko para pedagang dan sisa aktivitas di dalam pasar. Sampah tersebut kemudian dikumpulkan oleh Petugas Kebersihan Pasar untuk dibawa ke tempat pengumpulan sampah. Disinilah sampah dari segala penjuru koridor los pedagang pasar. 

Sepanjang pengamatan saat berkunjung ke Pasar Tradisional Pamotan, sehubungan dengan sampah dan kebersihan di pasar, Penulis menemukan hal-hal sebagai berikut:  
  • sampah terlihat masih berserak disepanjang jalan korikor penghubung los pasar yang dimungkinkan adanya tindakan membuang sampah sembarangan; 
  • tercium dan muncul aroma amis dan tak sedap dari los penjual daging ikan, ayam, sapi, kambing yang dimungkinkan karena membuang bekas air/ limbah daging sembarangan; 
  • terasa bau campur aduk dan rasa tidak nyaman pada los pedagang sayur dan pedagang ikan yang dimungkinkan karena limbah dan sisa aktivitas jual beli dagangan yang saling berdekatan;   
  • terlihat sampah meluber ke jalan di lokasi pembuangan sampah yang dimungkinkan ukuran tempat sampah kurang besar; dan  
  • muncul bau menyengat dan tidak sedap yang dimungkinkan karena pengangkutan sampah yang tidak disegerakan.  

Demikian hasil pengamatan tentang kebersihan dan sampah yang ada di Pasar Pamotan. Dalam pandangan Penulis, terdapat perbedaan yang sangat terasa jika dibandingkan dengan pasar modern. Bayangan Penulis, tampilan Pasar Tradisional Pamotan juga dapat seperti pasar modern. Mulai dari penataan yang rapi, tempat yang bersih ,wadah barang yang tidak meluber, higienis, suasana yang aman dan nyaman, dan aroma ruangan yang segar serta tempat pembuangan sampah yang memadai, adalah sebuah bayangan saat ini dan ke depan. Ini menjadikan sebuah tugas baru bagi kita, sebagai pemuda-pemudi penerus bangsa agar mampu mendorong dan mewujudkan bagaimana pasar tradisional dapat berkembang dan maju seperti pasar moderen. 

Coba bayangkan, jika kita berhasil membuat dan merubah pasar tradisional menjadi lebih baik, pastinya akan banyak sekali pedagang dan pelaku usaha lokal yang akan mendapat ruang dan terbantu dalam jual beli produk. Untuk itu, mari bersama-sama belajar dan berusaha agar suatu saat kita dapat merubah pasar tradisional sebanding dengan pasar modern, khususnya dalam hal kebersihan dan pengelolaan sampahnya. 

Penulis Tristania Silfika,Kelas XII IPS5, siswi SMA Negri 1 Pamotan
Penyelaras: Suhadi