-->

Belajar Tentang Kelompok Sosial Gerabah Balongan dari Konten Podcast SMA N 1 PAMOTAN

Niswatul Mardiyah, Ali Nasihin, dan Enggar Budi Prasetyo, pose foto usai podcast di Studio SMAPA (Fotografer: Mulyadi, 2022)

REPORTASE, Belajar Tentang Kelompok Sosial Gerabah Balongan. Halo teman-teman semua, berjumpa lagi pada blog pribadi saya. Apakah saya harus mengenalkan diri saya? baik saya Syafa'atul Udzma dari kelas XI IPS 3. Kali ini diblog saya akan membahas tentang informasi yang terdapat pada konten YouTube resmi SMA N 1 PAMOTAN yang berjudul "Dengan Pak Ali Nashin, Belajar Tentang Kelompok Sosial Gerabah Balongan". 

Pak Ali Nashin adalah narasumber pada konten podcast di studio smapa kali ini, dengan bu Indarti selaku guru mata pelajaran Sosiologi dan juga Mbak Niswa selaku pewawancara. Pada dasarnya podcast kali ini membahas tentang kelompok sosial gerabah Balongan yang terletak di Desa Balung Mulyo kecamatan Kragan Kabupaten Rembang.

Bicara mengenai Balung Mulyo pasti teman-teman semua sudah mengenal yang namanya wisata Pantai Balongan, pantai yang menyuguhkan keindahan alamnya dengan pengunjung yang ramai setiap tahunnya. Pantai ini juga menjadi wisata favorit anak muda di sekitar. Selain menyuguhkan pemandangan yang indah pantai ini juga memberikan suguhan angin sejuk dan suasana yang nyaman untuk bersantai bersama teman maupun saudara dan keluarga.

Fokus pada pembahasan kali ini adalah kelompok sosial gerabah. Kelompok sosial gerabah desa Balung Mulyo ini disebut sebagai kelompok pelopor dan penyokong bagi budaya tembikar manusia pelawangan sebelum masa prasejarah. Tentu saja kelompok sosial ini sangat unik karena mengandung nilai pengetahuan, nilai ekonomi, dan nilai teknologi. Berdasarkan dari penjelasan narasumber yang tak lain adalah bapak Ali Nashin, beliau mengatakan bahwa awalnya atau dulunya kita semua hanya bisa melihat atau menyaksikan para mbah mbah atau nenek moyang jaman dahulu yang membuat gerabah, kemudian mulai ada yang namanya rintisan pembuatan gerabah yang semula ingin diadakan studi banding, namun alih alih karena memang adanya kesiapan warga sehingga sampai diambilkan atau didatangkan tenaga dari Jepara untuk diajarkan supaya lebih terarah. Namun, lama kelamaan tidak ada yang mengkoordinasi sehingga baru akhir-akhir ini muncul desa wisata dan wisata baru. Lalu, muncullah paguyuban gerabah yang diberi nama "Kundi". Kundi sendiri memiliki makna pembuat gerabah pada zaman dahulu.

Menurut pernyataan Pak Ali, jumlah Perajin Geraban Balongan saat ini (jika dibandingkan dengan pada tahun 1989) sangat berkurang karena belum terekspor jauh sehingga kalah dalam bersaing. Berdasarkan data Desa Balongan ada sekitar 500-an KK, namun hanya sekitar 10-15% saja yang masih menggeluti gerabah. Artikel lengkapnya silahkan baca 

Perihal membuat gerabah, tentu saja memiliki tahapan dalam pembuatan sehingga terbentuk sebuah gerabah. Nah, kali ini kita mendapatkan ilmu tentang pembuatan gerabah dari Bapak Ali. Tahapannya yaitu meliputi :

1. Sebelum membuat kita harus mengambil dulu tanah liatnya yang sudah disediakan desa, biasanya tanah ini diambilkan dari tanah bengkok.

2. Setelah itu tanah dibawa pulang lalu dalam bahasa disana tanah itu diinjak-injak. Tentu saja tanah liat tadi harus dicampur dengan pasir kali supaya bagus. Oh iya, teman-teman jika menginjak-injak tanah bisa dilapisi terpal atau blangse.

3. Setelah itu, barulah masuk proses pembuatan gerabah berdasarkan pesanan. Dalam pembuatan gerabah ada istilah medhok dan kerik. Medhok berarti proses pembuatan yang diputar putar alatnya, dan kerik berarti meratakan adonan gerabah supaya rata dan tidak terlalu tebal.

4. Kemudian, gerabah tadi diberikan pewarna yang pewarna, pewarnanya biasanya memakai puru yang berasal dari baru yang berwarna merah kemudian digosok.

Berbicara mengenai teknologi, dalam pembuatan gerabah tentu saja membutuhkan alat. Nah, Mbak Niswa selaku pewawancara menanyakan hal tersebut kepada narasumber yaitu Pak Ali. Berdasarkan jawaban Pak Ali, pembuatan gerabah masih menggunakan alat yang terbilang masih tradisional yaitu Perbot (alat yang digunakan untuk memutar adonan gerabah). Untuk pembakaran juga masih tradisional yaitu menggunakan jerami, sabut dan kayu kayu yang kecil.

Kelompok sosial gerabah dari desa Balung Mulyo ini menghasilkan beberapa produk atau model gerabah. Produk-produk ini meliputi layah/cobek, enton, wajan, ngaron, tangkepan, tandon air/genuk, dan jun/klenting. Selain produk gerabah sebagai alat rumah tangga, kelompok sosial ini juga menerima pesanan konsumen untuk membuat gerabah kecil yang biasa digunakan bermain masak masakan untuk anak-anak. Berdasarkan kata Pak Ali, beliau mengatakan bahwa beliau berniat mengadakan festival Balongan kedua yang akan mengangkat kembali kerajinan gerabah. Beliau juga berencana mendatangkan pengrajin beserta karyanya. Namun, semua rencana tersebut terhalang oleh adanya pandemi Covid-19 yang melanda negara Indonesia dan sekitarnya. Pada masa pandemi, Kades Balong Mulyo juga berkoordinasi dengan pengrajin gerabah untuk membuat gerabah yang dijadikan tempat cuci tangan.

Berbicara mengenai pangsa pasar, Pak Ali menyatakan bahwa tahun ini mengalami penurunan karena kebiasaan nelayan yang memasak ikan menggunakan gerabah kini mulai tergantikan dengan besek. Tentu saja gerabah kini mulai tergantikan dengan yang lain.

Dalam suatu usaha atau penjualan tentu mengalami hambatan. Sama dengan kegiatan pembuatan gerabah ini. Menurut pengamatan Pak Ali, beliau mengatakan hambatan yang dialami dikarenakan kurangnya sumber daya manusia dan kreativitas pengrajin. Kebutuhan masyarakat diluar produksi ini juga peminatnya sudah jarang, karena pembuatannya manual, jadi nilai jualnya juga agak terbilang rendah. Untuk rencana tindak lanjut dalam mengatasi hambatan ini, Pak Ali ingin melaksanakan BUMDES Bersama, meagendakan pembuatan galeri seni dan pameran bagi para pengrajin.

Dalam potensi pembuatan gerabah, ada beberapa poin yang dapat digunakan agar gerabah Balongan dapat memajukan desa Balong Mulyo, yaitu bersosialisasi untuk memperkenalkan produk dari balongan ini. Kedua harapannya adalah apabila setiap ada acara dapat memunculkan hasil karya gerabah supaya lebih dikenal banyak orang. Harapan kedepannya untuk kelompok sosial gerabah desa Balung Mulyo ini adalah semoga adanya paguyuban sosialisasi dan adanya kerjasama antar pihak.

Nah, selesai sudah pembahasan mengenai kelompok sosial gerabah masyarakat Desa Balung Mulyo, kecamatan Kragan kali ini. Tentu saja kita mendapatkan banyak ilmu pengetahuan dari konten resmi smapa kali ini. Jangan lupa untuk melestarikan terus budaya unggulan yang ada di Desa masing-masing supaya lebih dikenal banyak orang. Juga jangan lupa kepada teman-teman untuk tetap memantau akun YouTube resmi SMA N 1 PAMOTAN yyaa!! karena disana kalian akan mendapatkan banyak ilmu dan konten konten yang menarik lainnya.

Oke sampai disini saja pembahasan kali ini, semoga bisa bermanfaat dan menambah wawasan kalian semua. Sampai jumpa lagi di pembahasan selanjutnya. Bye bye and thanks for reading my blog!! 

Penulis: Syafaatul Udzma
Penyelaras: Mulyadi
Berkas Foto: Mulyadi
Penulis adalah Syafa'atul Udzma, siswa SMA Negeri 1 Pamotan Kelas XI IPS
Keterangan: Artikel ini juga tayang di blog Syafa'atul Udzma dengan judul Belajar Tentang Kelompok Sosial Gerabah Balongan