-->

Catatan Untuk Film Pendek The Mobbing


Jadi berdasar dulu sering diminta mendampingi auOSIS menilai stfilm pendek, saya beri catatan untuk filmpendek diatas,sbb:

1. Alur cerita  tidak mengarah issue utama ttg korupsi
2. Pilihan bahasa  dialek dlm dialog , ini film tercerabut dari akar budaya. setempat bukan berarti saya anti Lo,elu, guwe, ente, kagak ,  dll ini siswa lebih Betawi dari yg asli ( Slamet Raharjo keluar mobil  bertanya pada pemuda keluar dari sawah di Kendari, pak Slamet kaget si pemuda lebih DKI dari yg hidup sehari hari di Jakarta,dmk juga saya lihat film ini) FTV sdh beri contoh banyak pada kita bhw komunikasi bisa dlm BHS IND dgn dialek setempat.Nampak sekali anak anak kaku bicaranya,tdk alami🤣
3. Penokohan yg berkarakter keras suka ngompas, bullying,dan posesif. Tdk digambarkan backgroundnya tahu tahu sang ayah korup
4. Kasus korup hanya diwakili kata kata terima uang 200 juta dari Kepsek, tanpa disebutkan berkenaan dgn proyek apa dari dana Bos( renov aula,perpus dll atau pengadaan barang atau sarpra  yg jauh dibawah Spec dll. Dmk juga menyebut kata Kepsek sangatlah beresiko tanpa proses dipertemukan dlm sidang.
5.Film ini bisa dituduh  tdk adil ( untuk tidak menuju kata Rasis), karena sang tokoh sengaja tidak berjilbab satu kelas.Bisa banyak / multi tafsir .Bisa diartikan anak tdk berjilbab itu bengal tidak bisa diatur  tidak suci dan di cap / terlabel sang penbangkang 

Simpulan

Pendulum kesetiaan pada fokus tema tdk nampak tapi kesan slengean dikelas dan lawan aturan dan konflik antar teman yg lebih di nampakkan.
Begitu saja tetap  semangat berkarya dgn disiplin Scribd yg lebih cerdas dan tetap menginjak bumi dan akar setempat ( Bakar Production, Ucup Klaten, Teman Purbalingga, dan Bu Tejo di Tilik sadarkan kita tdk kalah klas jika tdk ber DKI🙏),oh ya jangan lupa buat identitas produksi dgn diakhir cerita,karena kalau lomba diisyaratkan.Maaf terlalu panjang komentar🙏🙏🤣. 
Nb: Berkas tulisan ini diambil dari wa group IK Sosiologi Jateng

Yosi Bagus

Penulis adalah Yosi Bagus