-->

Kiat Menulis Artikel di Blog Saat Mengikuti Learning Tour

www.smapamotan.com - Artikel Blog, tulisan ini ditujukan kepada para siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Pamotan yang akan melangsungkan kegiatan learning tour Gerabah Balongan, sebagai gambaran pada saat mengerjakan produk artikel blog pasca mengikuti kegiatan learning tour. Tulisan yang agak panjang dan mungkin juga menjenuhkan ini, diharapkan dapat membantu para siswa dalam mempersiapkan pengumpulan data saat di lapangan, sehingga pada saat menulis artikel blog, para siswa tidak terlalu banyak mendapatkan kendala. Sehubungan dengan itu semua, maka tulisan ini difokuskan dengan struktur tulisan tematik gerabah balongan. Walaupun demikian, tulisan ini dapat digunakan untuk membangun struktur artikel blog learning tour pada lokasi dan fokus kajian yang berbeda.         

baca juga artikel Learning Tour Balongan

Tulisan yang berjudul kiat menulis artikel di blog saat mengikuti learning tour ini, secara sistematika penulisan, tersusun atas tiga bagian, yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Kiat menulis dari dari tiga bagian ini telah diusahakan disusun secara runtut, sehingga para siswa terdorong menulis dengan sistematis dan logis, dengan kaidah tata bahasa yang baik, dan juga komunikatif populer. 

Pendahuluan, merupakan bagian awal setelah judul yang memuat tiga sub yaitu latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penulisan. Tiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Maksud dari hal tersebut adalah antara latar belakang dengan rumusan masalah beserta tujuan saling terkait satu sama yang lain. Latar belakang akan menentukan rumusan masalah yang dipilih, dan rumusan masalah akan menentukan sebuah tujuan.  

Latar belakang merupakan hal yang melatarbelakangi sebuah tulisan. Pada bagian inilah yang mendorong penulis dalam menulis artikel. Berikut ini merupakan contoh sebuah latar belakang dari sebuah artikel blog. 

***

Desa Balongmulyo Kecamatan Kragan adalah pusat pembuatan gerabah yang berada di wilayah Rembang pesisir pantai utara Jawa Tengah. Hasil Penelitian Purbakala mencatat, hingga tahun 1980-an, masyarakat yang jumlahnya 264 KK saat itu bermata pencaharian utama membuat gerabah. Pengetahuan gerabah diwariskan secara turun temurun dengan teknik sederhana. Namun kini, jenis mata pencaharian ini semakin surut. Perajin gerabah yang berhasil bertahan hanya 55 KK dari 525 KK.[1] Menurunnya perkakas berbahan tanah liat ini dikarenakan produk gerabah telah kalah saing dengan produk berbahan plastik dan logam.

Hingga tahun 1866, nama desa Balongmulyo masih tertulis Wangka atau Bongko.[5] Informasi tentang asal usul gerabah Balongan cukup sulit ditemukan. Beda dengan perajin gerabah yang ada di Gang Kundi dan Jalan Notoprajan desa Sidowayah Kecamatan Rembang, mereka mengaku dirinya dari Lamongan yang beranak pinak di situ.[2] Menyoal tentang asal-usul gerabah Balongan, Balai Arkeologi menghubungkan dengan Situs Pelawangan. Hal ini dapat dilihat dengan identifikasi produk tempayan yang ada di Situs Pelawangan pada masa prasejarah dengan motif duri dan mata ikan. Menurut laporan Balar (1994:46),[3] pola hias gerabah balongan cenderung didominasi pola tekan dan pola gores. 

Hingga sekarang, tempayan (genuk), cawan, periuk, kendi, kekep, nanangan, dan aneka bentuk pindangan ikan dan perkakas dapur dari tanah liat yang relatif tebal masih diproduksi perajin Balongan.  Sekilas, gerabah Balongan diduga berasal dari interaksi pengetahuan dan teknologi masyarakat Balongan dengan potensi lingkungan sekitar yang kemudian menghasilkan produk gerabah. Hal ini juga diperkuat dengan pengakuan para perajin gerabah Balongan, bahwa leluhur mereka telah tinggal lama dan membuat gerabah dari generasi ke generasi.[4] 

Bahan baku untuk membuat gerabah Balongan berasal dari tanah sawah dan pasir halus. Tanah liat diambil dari tanah bengkok milik Kepala Desa setempat yang berada di sebelah selatan desa. Adapun pasir halus didapatkan dari dari sungai Narukan. Dahulu  pasir halus berasal dari Sungai Telas yaitu sungai yang berada di desa Sumurtawang. Hingga saat ini bahan baku tanah liat untuk membuat gerabah cukup banyak. Bahkan stok bahan hingga berada di luar desa, tepatnya tanah desa Sendangmulyo yang berada di desa Sendangwaru, desa Sudan, dan desa Gandrirojo.[6] Bagi perajin yang tidak sempat mengambil tanah liat, mereka dapat memesan jasa pengambilan dan pengantaran sampai di depan pelataran rumah dengan harga sebesar 60.000 rupiah setiap satu rit tossa.[7] Bahan baku yang tersedia segera dicampur dengan perbandingan 2,5 tanah liat dan 1 tanah pasir. Bahan yang telah tercampur segera dicampur hingga pulen. Proses awal ini cukup menentukan dalam menjaga kualitas gerabah. Gerabah akan mbledos ketika adonan gerabah tidak sesuai perbandingannya dan tidak sesuai dengan tingkat kepulenan nya. Begitu pula pada saat pembakarannya, gerabah akan cepat rusak ketika kurang panas dan kehujanan.

Berdasarkan informasi tersebut, dapat diidentifikasi bahwa terdapat masalah pada kelompok masyarakat perajin gerabah di desa Balongmulyo atau gerabah balongan. Masalah yang dapat diidentifikasi di antaranya; menurunnya jumlah perajin gerabah yang dibarengi dengan menurunnya minat generasi muda dalam meneruskan produksi gerabah balongan. 

***

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang muncul dari latar belakang. Bagian ini memiliki point penting dalam sebuah tulisan, karena secara keseluruhan dari artikel akan diarahkan dalam mengkaji dan menjawab masalah tersebut. Dengan kajian yang sistematis dan logis, diharapkan sebuah masalah akan terjawab secara metodologis atau dapat dipertanggungjawabkan dan diuji kebenarannya. Berikut ini merupakan contoh dari rumusan masalah.

***

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam artikel ini adalah sebagai berikut. Pertama, hal apa yang menyebabkan turunnya jumlah perajin gerabah balongan? Kedua, mengapa generasi muda tidak tertarik menjadi perajin gerabah balongan? 

***

Rumusan masalah juga dapat dikembangkan lagi menjadi jabaran rumusan sebagai berikut. 

***

Bagaimana pengetahuan dalam membuat gerabah balongan? Bagaimana teknologi yang digunakan para perajin balongan dalam membuat gerabah? Apa saja produk yang dihasilkan oleh pera perajin gerabah balongan?

***

Rumusan masalah juga dapat diwujudkan dalam bentuk rancangan dalam mengatasi masalah itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari contoh rumusan masalah berikut ini. 

***

Bagaimana cara mengatasi  minat perajin gerabah yang semakin menurun? Bagaimana model pemberdayaan masyarakat agar gerabah balongan dapat memberi harapan dalam meraih kesejahteraan sosial?

***

Bagian selanjutnya adalah tentang tujuan dalam menulis sebuah artikel di blog. Bagian dari tujuan ini juga memiliki peran penting dari sebuah penyusunan tulisan deskriptif. Untuk menyusun bagian ini cukup mudah yaitu pada bagian awal dari rumusan masalah ditulis dengan menggunakan kata "untuk mengetahui.....". Berikut ini merupakan contoh penulisan tujuan dari sebuah artikel blog. 

***

Untuk mengetahui hal apa yang menyebabkan turunnya jumlah perajin gerabah balongan. Untuk mengetahui mengapa generasi muda tidak tertarik dalam meneruskan menjadi perajin gerabah balongan. Untuk mengetahui pengetahuan dalam membuat gerabah balongan. Untuk mengetahui teknologi yang digunakan para perajin balongan dalam membuat gerabah. Untuk mengetahui produk yang dihasilkan oleh para perajin gerabah balongan. Untuk mengetahui cara mengatasi  minat perajin gerabah yang semakin menurun. Untuk mengetahui model pemberdayaan masyarakat agar gerabah balongan dapat memberi harapan dalam meraih kesejahteraan sosial.     

***

Pembahasan, merupakan bagian tulisan yang memuat tentang permasalahan yang dibahas secara sistematis dan logis. Maksud dari pembahasan adalah suatu proses menjawab masalah melalui pengumpulan data, kemudian pengolahan data,  hingga analisis data. Dari proses analisis data inilah sebuah permasalahan dapat ditemukan jawabannya. 

Kualitas tulisan dari bagian pembahasan dipengaruhi oleh data yang digunakan dalam menjawab masalah. Ketika data yang digunakan (ditemukan dan dikumpulkan) adalah data bohong (hoax), maka kualitas pembahasan dalam menjawab masalah cenderung tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dan sebaliknya, ketika data yang digunakan adalah data jujur, maka kualitas pembahasan dalam menjawab masalah cenderung dapat dipertanggungjawabkan. 

Prinsip isi yang ada pada bagian pembahasan menyesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan tulisan. Ketika rumusan masalah dan tujuannya adalah tentang pengetahuan membuat gerabah, maka bagian pembahasan tulisan berisikan tentang berbagai pengetahuan yang dimiliki dan digunakan para perajin dalam membuat gerabah. Ketika rumusan masalah dan tujuannya adalah tentang teknologi gerabah, maka bagian pembahasan tulisan berisi tentang berbagai teknologi yang dimiliki dan digunakan para perajin dalam membuat gerabah, begitu seterusnya. 

Secara ideal, sebuah artikel blog learning tour tentang gerabah balongan, setidaknya dibagian pembahasan memuat tentang cerita perjalanan, pengetahuan membuat gerabah, teknologi membuat gerabah, produk gerabah, kendala perajin gerabah, dan strategi inovasi gerabah. 

Cerita perjalanan, merupakan bagian unik dalam sebuah learning tour. Pada bagian ini penulis dapat bercerita keseruan mengikuti proses learning tour mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga pasca kegiatan. Pada bagian ini dapat memotret suasana pembelajaran yang menekankan kebersamaan, kegotong-royongan, kekompakan, dan kerja sama. Sisi lain dari cerita perjalanan juga dapat berfungsi memotret akses jalan, ketersediaan transportasi, kemajuan teknologi dan komunikasi, keadaan kelompok sosial yang dikunjungi, hingga cerita-cerita unik yang dapat dihantarkan dalam nuansa rileks dan menyenangkan. Nuansa rileks misalnya tentang gambaran keramahtamahan kelompok perajin, dan atau sebaliknya. Berikut ini merupakan contoh deskripsi laporan perjalanan yang telah ditulis siswa ketika mengikuti sebuah learning tour. Adapun tulisan lengkap dengan mengeklik blog Novita Eka Wulandari.

***

Tampak panorama persawahan dalam perjalanan kami, melintasi jalan berbingkai rumput desa. Jalan yang kami lintasi berada di atas bukit dan pegunungan, kiri jurang dan kanan pun jurang. Kami harus lebih waspada saat melintasi medan yang berliku-liku dan menanjak. Naungan tajuk  pepohonan dan angin sepoi-sepoi membuat perjalanan kami menjadi luar biasa. Lelah kami terbayar ketika melihat pemandangan yang begitu asri nan indah di sana. Bahagia dan bebas. Itulah yang kami rasakan saat itu. Wisata alam ini mampu membuat kami terpana, hingga ada rasa keingintahuan yang sangat dalam yang ingin kami cari di sana. 

***

Pengetahuan membuat gerabah, merupakan bagian penting dari isi artikel blog yang berperan menjelaskan rumusan masalah. Isi dari pengetahuan membuat gerabah yaitu berbagai ilmu pengetahuan atau sains atau sebuah kearifan lokal yang dimiliki, dikuasai, dan digunakan para perajin dalam membuat gerabah balongan. Untuk mengidentifikasi ilmu pengetahuan apa saja yang terlihat dapat pembuatan gerabah, penulis dapat melakukan observasi saat perajin membuat gerabah. Berdasarkan hasil observasi, mungkin saja penulis akan mendapatkan tahapan dan tradisi pembuatan gerabah, terdapat banyak ilmu pengetahuan yang dilibatkan. Ilmu pengetahuan itu dapat dilihat pada saat tahapan memilih bahan baku tanah liat, mencetak gerabah, hingga membakarnya. Lantas ilmu pengetahuan apa saja yang dilibatkan? Dari sinilah penulis dapat mengembangkan alur dan deskripsi sebuah ilmu pengetahuan yang digunakan para perajin gerabah. 

Misalnya, pada tahap pemilihan dan penyiapan bahan baku, misalnya dalam memilih lapisan tanah yang cocok membuat gerabah, pasir halus untuk campuran gerabah, batu puru (batu warna) untuk memberi pola yang kemudian memunculkan warna, penulis dapat menghubungkannya dengan ilmu geografi. Selanjutnya, pada saat mencetak gerabah dengan tangan, perajin telah menggunakan ilmu pengetahuan fisika yaitu menghasilkan perkakas dengan titik berat keseimbangan yang sempurna, energi gaya dorong yang digunakan untuk bentukan pola gerabah dan bentuk gerabah, gaya dorong yang digunakan penguatan gerabah, proses penguapan kadar air pada gerabah, dan penataan gerabah yang disusun secara seimbang untuk siap dibakar menjadi produk gerabah unggulan. 

Mengidentifikasi ilmu pengetahuan terhadap gerabah balongan juga dapat dilakukan dengan pendekatan ilmu sejarah, sosiologi, ekonomi, seni, hingga ilmu terapan teknologi. Dalam hal asal usul gerabah balongan, penulis dapat menghubungkan dengan ilmu sejarah. Dalam hal identitas sosial, penulis dapat menghubungkan dengan ilmu sosiologi. Dalam hal mata pencaharian dan pendapatan, penulis dapat menghubungkan dengan ilmu ekonomi. Dan masih banyak lagi eksplor sebuah ilmu pengetahuan dari kegiatan perajin gerabah balongan. Prinsip dari pengembangan ilmu pengetahuan adalah seberapa banyak pengalaman penulis dalam berinteraksi dengan ilmu pengetahuan tersebut. Semakin kompleks literasi ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis, maka semakin kompleks pula temuan ilmu pengetahuan pada gerabah balongan.  

Teknologi membuat gerabah, merupakan bagian tulisan yang memuat beragam alat dan teknik yang digunakan dalam mencetak gerabah melalui tangan. Terlebih pada gerabah balongan tergolong masih menggunakan teknologi tradisional. Dengan melakukan observasi dan wawancara dengan perajin, pada bagian tulisan ini akan tampak menarik. Misalnya, pada saat membuat gerabah pada perajin gerabah balongan menggunakan alat diantaranya roda putar (merbot), tatap pukul (medok), tatap dasar (sangklir), tatap landas (selo), dan alat kerok (kerik). Alat-alat tersebut digunakan dalam membuat gerabah balongan dengan memiliki prinsip kerja dan fungsi masing-masing alat. Pada bagian inilah penulis dapat memaparkan bagaimana cara kerja dan fungsi alat tersebut secara sains. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi satu kesatuan teknologi dalam membuat gerabah, bisa didapatkan melalui observasi learning tour. Selain teknologi cetak gerabah, teknologi selanjutnya adalah pembakaran gerabah. Teknik pembakaran perajin gerabah balongan masih menggunakan teknik terbuka (open firing) dengan bahan bakar jerami, sekam padi, dan limbah kayu tipis. Melalui proses pembakaran inilah, gerabah akan berubah warna dari hitam menjadi kuning merona. Pola hias bergaris yang digesek dari batu puru semakin terlihat dan bertekstur kuat. Teknik yang masih tradisional ini dapat diidentifikasi terhadap muatan-muatan ilmu pengetahuan apa yang dapat diterapkan. Ragam ilmu fisika, kimia, seni, matematika, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, religi, hingga terapan dan gabungan ilmu pengetahuan, dapat dieksplorasi pada bagian teknologi membuat gerabah ini.    

Produk gerabah, merupakan bagian tulisan yang membahas tentang barang apa saja yang dibuat dan berhasil diproduksi oleh perajin gerabah balongan. Penulis dapat melakukan observasi terhadap produk yang sedang dibuat. Dan penulis juga dapat bertanya tentang produk apa saja yang pernah dibuat namun pada saat ini tidak lagi dibuat. Ketika telah mendapatkan jawaban tentang produk gerabah balongan, penulis segera mengulasnya. Misal, produk gerabah yang dibuat adalah tempayan (genuk), cawan, periuk, kendi, kekep, nanangan, dan aneka bentuk pindangan ikan dan perkakas dapur dari tanah liat yang diproduksi oleh perajin gerabah balongan, maka tiap-tiap produk dapat diulas berdasarkan proses membuatnya, bentuknya, pola ornamen hiasnya, fungsinya, pemesannya, harganya, dan spesifikasi berat dan ukurannya. Keragaman ulasan produk akan bermanfaat untuk dipublikasikan berdasarkan segmen pembaca dan pasarnya.  

Selain mengulas tentang pengetahuan, teknologi, dan produk gerabah, bagian isi artikel blog akan tampak bagus ketika mengulas kendala perajin gerabah dan strategi inovasi gerabah. Bagian tentang kendala perajin gerabah menjadi ruang penting dalam berdialog antara perajin dengan publik. Apa yang dirasakan dan apa yang diharapkan saat ini, akan terkomunikasikan. Hal menarik ketika artikel ini dibaca oleh seseorang atau lembaga yang tertarik dalam hal jual beli produk gerabah, dan para pelestari yang memiliki kepekaan dalam hal melestarikan produk gerabah, sangat mungkin sekali akan terjadi interaksi yang saling bermanfaat untuk keberlanjutan dan keberlangsungan gerabah balongan. Bagian tentang strategi inovasi gerabah juga penting dihadirkan, karena pada bagian ini akan menjadi dialog antara perajin dengan penulis. Sebuah artikel blog akan menarik ketika penulis dan kisah yang ditulis saling berinteraksi baik dalam isi tulisannya. 

Penutup, merupakan bagian yang perlu disajikan dengan kesan yang komunikatif sekaligus menarik. Tulisan artikel blog yang baik, selain memiliki daya menarik, tidak kalah pentingnya adalah pesan dari tulisan tersampaikan pembaca. Untuk itu, dalam bagian akhir, tulisan artikel blog sebaiknya tetap konsisten dengan menyajikan jawaban atau informasi temuan dari rumusan masalah yang ada di bagian pendahuluan, dan sekaligus men-sarikan ulasan yang ada pada bagian pembahasan. Bagian ini biasanya disebut dengan bagian simpulan. Seperti dalam bagian pendahuluan, ketika artikel blog telah merumuskan masalah tentang model teknologi yang digunakan dalam membuat gerabah balongan, maka bagian simpulan harus konsisten dalam menyajikan sari tentang teknologi yang digunakan dalam membuat gerabah. Simpulan tentang teknologi gerabah juga disesuaikan dengan temuan yang telah disajikan pada bagian pembahasan. Sub bagian kedua dari bagian penutup adalah saran. Saran merupakan suatu refleksi penulis pasca mendapatkan jawaban dari rumusan masalah yang diluncurkan. Saran dari penulis dapat dalam bentuk ajakan kepada publik, ajakan kepada perajin, dan bahkan ajakan dalam gerakan literasi yang berhubungan dengan perhatian yang tulus kepada perajin gerabah.     

Artikel blog yang baik juga perlu menghadirkan ragam tulisan terdahulu. Fungsi tulisan terdahulu yaitu untuk melihat posisi artikel blog dengan artikel-artikel sebelumnya. Dengan mengetahui hal tersebut, penulis dapat menentukan di mana posisi tulisan artikel blog dengan tulisan dan penulis sebelumnya. Jika terdapat hal sama, di mana letak kesamaannya. Jika terdapat hal beda, di mana letak bedanya. Dari situlah penulis akan terlihat keunikan dari artikel blognya. Untuk bagian ini, penulis mau tidak mau akan mencari bahan literasi dengan tema yang sama. Ketika penulis telah mengiteraksikan tulisannya dengan tulisan sebelumnya, maka penulis harus menghadirkan daftar pustaka, yaitu informasi sumber rujukan tulisan. Dengan menghadirkan daftar pustaka, artikel blog akan lebih berbobot kualitasnya.  

Selain daftar pustaka, artikel blog akan tampak berkualitas ketika dilengkapi dengan lampiran-lampiran pendukung lainnya. Lampiran pendukung dapat berupa foto kegiatan learning tour, foto membuat gerabah, foto teknologi membuat gerabah, foto produk gerabah, foto dengan tema kendala para perajin, hingga ilustrasi tentang inovasi gerabah. Lampiran foto juga akan menjadi kenangan diri perajin gerabah dan juga penulis sendiri, ketika artikel blog ini dibaca pada ruang dan waktu yang berbeda. 

Semoga tulisan ini bermanfaat, terimakasih.  

Catatan Kaki

[1] Melalui sambungan WA, menurut informasi dari pihak Desa yang disampaikan Bapak Nasihin selaku Carik desa Balongmulyo

[2] Penulis pernah berkunjung dan melakukan wawancara sekilas dengan perajin gerabah gentong di kawasan Gerabah Sidowayah tahun 2010.

[3] lihat Prasetyo, B. (1995). Laporan Penelitian Situs Plawangan, Rembang, Jawa Tengah (1980-1993). Proyek Penelitian Purbakala Jakarta.

[4] Wawancara dengan Ibu Wastiah, kelahiran Desa Balongmulyo tahun 1972, mengaku leluhurnya (kakek nenek, canggah, wareng) berasal dari desa setempat. Lihat file wawancara pada kanal youtube https://youtu.be/ZrpcwJOlRvY, diuppload pada 19 November 2019.

[5] lihat peta Kragan tahun 1866 versi KITLV, nama Balongmulyo masih tertulis Wangka alias Bongko http://hdl.handle.net/1887.1/item:813942

[6] Menurut penuturan Nasihin, Carik Desa,  keberadaan tanah diluar desa ini berhubungan dengan cerita cikal bakal balongmulyo, dimana pada saat itu terdapat perempuan Balongmulyo yang memiliki tanah kamardikan hingga diluar desa.

[7] Tossa merupakan alat transportasi roda tiga yang terdapat bak bagian belakang yang biasanya digunakan untuk mengangkut berbagai barang termasuk tanah liat. Diperkirakan isi atau volume satu rit tossa adalah 1,86 meter kubik.

Penulis adalah Bocah Angon