Mendokumentasikan Pangan Lokal
www.smapamotan.com - Mendokumentasikan Pangan Lokal, Artikel yang berjudul Merancang Dokumentasi Pangan Lokal ini merupakan perancangan dokumentasi yang dikhususkan untuk membuat film pangan lokal yang diperuntukkan kepada para Siswa Kelas XI jurusan IPS di SMA Negeri 1 Pamotan. Tulisan ini memuat tentang tiga hal, yaitu; informasi tentang film dokumenter, konsep naratif, dan skenario dokumentasi. Diharapkan melalui tulisan ini, para siswa dapat memiliki gambaran dalam membuat film dokumenter pangan lokal sebagai bentuk produk pembelajaran. Tulisan ini juga dapat digunakan dalam merancang produksi film dokumenter dengan tema senada. Selamat menikmati.
Mengenal Film Dokumenter
Tahukah kalian tentang
film dokumenter? Film dokumenter dikenal sebagai film yang mendokumentasi
kenyataan. Maksud dari kenyataan yang didokumentasikan adalah kenyataan
objektif yang menyangkut kehidupan, lingkungan hidup, dan situasi nyata[1] yang
memiliki karakter unik, khas, dan original.
Adapun teknik
pendokumentasiannya adalah dengan cara merekam sebuah kenyataan. Seseorang yang
membuat film dokumenter, biasanya akan mendatangi kelompok masyarakat atau
lingkungan hidup yang didalamnya memikili keunikan, kekhasan, dan berbai
originalitas. Rekaman yang didapatkan berupa gambar dan suara akan segera di ramu
menjadi sebuah tayangan nyata. Dan tayangan yang nyata tersebut akan disuguhkan
kepada publik dengan harapan tayangan tersebut mudah dipahami dan dicerna pesannya. Seorang siswa yang sengaja mendatangi
kelompok masyarakat, kemudian merekam keseharian dan proses pembuatan
pangan merupakan contoh dari film dokumenter yang mendokumentasikan sebuah
kenyataan.
Film dokumenter juga dikenal sebagai program tayangan yang menyajikan suatu kenyataan berdasarkan pada fakta objektif (alamiah) yang memiliki nilai esensial (mendasar) dan eksistensial (pengalaman) yang memiliki relevansi terhadap kehidupan, menuturkan fakta, dan realita tanpa rekayasa.[2] Seorang siswa yang membuat film dokumenter tentang pangan lokal merupakan bagian dari hal tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa pangan telah berhubungan dengan pengetahuan hidup tentang bagaimana masyarakat tidak kelaparan dan tercukupimya gizi agar dapat punah. Selain menjadi pengetahuan tentang bagaimana mencukupi kebutuhan makan, mendokumentasikan pangan lokal juga berhubungan dengan menyuguhkan informasi tentang teknologi dan tradisi dalam produksi pangan dan makanan.
Selain dikenal merekam
sebuah kenyataan dan menyajikan kenyataan, film dokumenter juga dikenal sebagai
tayangan yang objektif. Mengapa demikian? Karena dalam hal pembuatannya, film
dokumenter diproduksi secara objektif. Maksud dari obyektif disini adalah film
yang menyajikan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi pendapat atau
pandangan pribadi.
Seiring dengan
perkembangan teknologi perekaman, produksi film dokumenter cenderung lekat
dengan ikatan emosional[3] antara
yang direkam dengan yang merekam. Ikatan emosial itu bertemu pada satu titik
yaitu mendokumentasikan pengetahuan lokal. Misal seorang siswa sedang
mendokumentasikan perajin gerabah. Proses mendokumentasian gerabah tidak serta
merta berlangsung begitu saja. Namun ada semangat yang mendorong, yaitu
mendokumentasikan pengetahuan masyarakat lokal dalam membuat gerabah. Siswa
dimungkinkan memiliki alasan yang mendasar mengapa merekam produksi gerabah.
Alasan itu bisa dalam bentuk keyakinan seorang siswa dalam membumikan
pengetahuan lokal membuat gerabah, bisa juga dalam bentuk keinginan membantu
perajin gerabah agar keberadaannya penting diketahui dan diperhatikan oleh
publik, seiring keberadaan perajin gerabah yang terancam produknya dari
pasaran. Dari sinilah tampak adanya keberpihakan antara pembuat film dokumenter
dengan kelompok atau kenyataan yang didokumenterkan.
Secara umum, film dokumenter
digolongkan menjadi 6 kategori. Ragam kategori tersebut dapat diketahui mulai
dari film dokumenter berjenis poetic, expository, observational,
participatory, reflexive, dan film dokumenter jenis performative.[4] Kesemua
jenis dokumenter tersebut memiliki gaya, pendekatan dan karakteristik
masing-masing.[5]
Jenis film dokumenter
yang cukup mudah digunakan dalam proses pembelajaran adalah jenis film
dokumenter campuran antara expository dan obervasional.[6] Film
dokumenter jenis expository yaitu sebuah film dokumenter yang
lebih menekankan pada narasi dan argumentasi logis. Narasi menjadi penting
sebagai benang merah cerita. Narasi yang dimaksud adalah suatu deskripsi yang
disusun secara sistematis dan logis yang digunakan untuk menekankan informasi
pengetahuan, teknologi, dan produk yang dimiliki masyarakat. Sedangkan skenario
dokumentasi yang dimaksud yaitu urutan dokumen tentang kehidupan subyek yang
diamati. Selanjutnya jenis film dokumenter observational yaitu film dokumenter
mendokumentasikan kehidupan subyek yang diamati. Film dokumenter yang
berkategori demikian (expository dan obervasional), penggunaannya
disebut-sebut berpengaruh kuat terhadap keterampilan berpikir kritis siswa.[7]
Konsep Naratif
Konsep naratif yang dibangun dari film ini adalah konsep realism (nyata) yaitu membangun suatu alur cerita berdasarkan kenyataan yang ada.[8] Konsep narasi yang dimaksud adalah suatu deskripsi yang disusun secara sistematis dan logis yang digunakan untuk menekankan informasi pengetahuan, teknologi, dan produk yang dimiliki masyarakat. Konsep narasi inilah yang kemudian dimasukkan dalam sebuah film dokumenter. Narasi juga dapat dipersiapan dalam bentuk rekaman dari narator film dokumenter. Berikut ini adalah contoh konsep naratif film yang mendokumentasikan pangan lokal. Contoh konsep naratif pangan lokal ini dihubungkan dengan materi struktur sosial. Berikut adalah contohnya.
Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman (Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan). Secara umum pangan terdiri dari dua jenis, yaitu: nabati dan hewani. Pangan nabati terdiri dari setiap pangan yang berasal dari tumbuhan. Sementara pangan hewani terdiri dari setiap pangan yang berasal dari hewan.
Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa (Pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma, 1996). Ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.
Dalam hubungannya dengan struktur sosial, pangan menjadi penting untuk diperhatikan. Mengapa? Karena keberadaan pangan pada umumnya mempengaruhi struktur sosial. Bahkan pangan memiliki hubungan lurus dengan struktur sosial. Ketika pangan suatu masyarakat cukup, maka struktur sosial akan harmoni. Sebaliknya, jika ketersediaan pangan di suatu masyarakat langka, maka struktur sosial akan terancam, atau terjadi disharmoni. Untuk itu, sebagai generasi muda, mari kita bersama-sama saling memperhatikan hubungan antara pangan dan struktur sosial. Salah satu caranya adalah melakukan kajian tentang jenis-jenis pangan, melakukan budidaya jenis pangan, hingga menciptakan inovasi tentang ragam olahan berbahan pangan dalam rangka menjaga ketercukupan gizi.
Setelah konsep narasi dibuat, langkah selanjutnya menyusun skenario dokumentasi.
Skenario Dokumentasi
1. Teks pengantar (10 detik)
Contoh teks: Film documenter ini berisikan tentang gambaran masyarakat pemulia pangan local. Fokus film ini adalah mengabarkan tentang pengetahun, teknologi, dan produk pangan local yang masih ada. Melalui film ini pemirsa dapat menghubungkan seberapa hubungan antara pangan local dengan struktur social.
2. Opening Film (1
menit)
Contoh: menyajikan cuplikan video tentang pengetahuan, teknologi,
dan produk pangan lokal. Adapun bahan narasi untuk opening dapat dilihat pada link berikut;
3. Teks crew (5 detik)
Contoh: Sutradara (Suhadi), Penulis Naskah (Niswatul Mardiyah), Cameramen
(Mulyadi), Editing (Tritanis Silvika), Publikator (Niswatin Afifah)
4. Teks Judul (5 detik)
Contoh: Bulir Padi, Ketela Hutan, Uwi Bakar, dll
5. Suasana masyarakat pemulia pangan lokal (1 menit)
Contoh: menyajikan video tentang petani yang sedang menanam pangan
di kebun
6. Keseharian masyarakat (1 menit)
Contoh: menyajikan video tentang rumah masyarakat, aktivitas
memasak di dapur, kebun pangan, memanen pangan, minum kopi makan uwi.
7. Jenis-jenis pangan lokal (1 menit)
Contoh: menyajikan video tentang rumah masyarakat, aktivitas
memasak di dapur, kebun pangan, memanen pangan, minum kopi makan uwi.
8. Pengetahuan tentang pangan lokal (1 menit)
9. Teknologi produksi (menanam hingga memanen) pangan lokal (1 menit)
10. Distribusi hasil pangan (menjual ke pasar) lokal (1 menit)
11. Teknologi mengolah (memasak) pangan lokal (1 menit)
12. Ragam olahan pangan lokal (1 menit)
13. Tradisi (hajatan) yang menggunakan olahan pangan lokal (1 menit)
14. Problem saat ini (0,5 menit)
15. Harapan pemulia pangan lokal (0,5 menit)
16. Teks ucapan terimakasih (10 detik)
17. Copyright (3 detik)
[1] Lihat Utami, C. D. (2010). Film Dokumenter
Sebagai Media Pelestari Tradisi. Acintya Jurnal Penelitian Seni Budaya, 2(1).
[2] Lihat Rikarno, R. (2015). Film Dokumenter
sebagai Sumber Belajar Siswa. Ekspresi Seni: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya
Seni, 17(1), 129-149.
[3] Lihat Anoegrajekti, N., Zamroni, M., Macaryus,
S., Asrumi, A., Bustami, A. L., Izzah, L., ... & Wiyana, A. (2019). Modul
Film Dokumenter.
[4] Lihat Bill Nichols, 2001 dalam Ratmanto,
A. (2018). Beyond The Historiography: Film Dokumenter Sejarah Sebagai
Alternatif Historiografi di Indonesia. SASDAYA: Gadjah Mada Journal of
Humanities, 2(2), 405-414.
[5] Ulasan enam katogeori film dokumenter dapat
dilihat pada link https://www.smapamotan.com/2021/11/jenis-film-dokumenter.html
[6] Lihat Rikarno, R. (2015). Film Dokumenter
Sebagai Sumber Belajar Siswa. Ekspresi Seni: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya
Seni, 17(1), 129-149.
[7] Lihat Susanto, H., Irmawati, I., Akmal, H.,
& Abbas, E. W. (2021). Media Film Dokumenter dan Pengaruhnya Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan
Sejarah, 9(1), 65-78.
[8] lihat Lestari, E. B. (2019). Konsep Naratif
Dalam Film Dokumenter Pekak Kukuruyuk. Jurnal Nawala Visual, 1(1), 9-17.
Post a Comment