-->

Cerita Penelitian Kami Tentang Pahlawan Lasem - Bagian 2


Setelah melakukan wawancara dengan bapak Matoya di kediaman orang tua pak Anwar, kami melanjutkan perbincangan kami dengan bapak MAtoya di kediamannya di desa Warugunung. Di Kediamannya, pak Matoya menjelaskan tentang respon Kyai Ali Baidhowi saat para pendatang Cina yang berasal dari Batavia datang ke Lasem, beliau juga menjelaskan tentang keikutsertaan Kyai Ali Baidhowi dalam perjalanan perang yang terjadi di Lasem. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, kami berpamitan dengan bapak MAtoya untuk kembali ke sekolah, tak lupa kami mengambil foto untuk dokumentasi dan mengucapkan banyak terima kasih atas informasi yang sudah diberikan.

Perjalanan wawancara kami berlanjut pada tanggal 3 Agustus 2023 dengan bertemu bapak Edi Winarno di Pereng. Sebelumnya, Pak Bayu sudah terlebih dahulu datang untuk menyampaikan maksud dan tujuan kami. Setelah pak Bayu bertemu dengan Pak Edi Winarno, ternyata terdapat tambahan dalam tema yang kami ambil. Menurut pak Edi Winarno jika kita ingin mengambil tema tentang perang Lasem, maka harus mencangkup seluruh tokoh dalam perang tersebut dan tidak hanya satu tokoh saja. Dari masukan beliau akhirnya kami memutuskan untuk menyempurnakan kajian dari tema yang telah kami ambil. Kami berfokus pada tokoh-tokoh yang ikut dalam perlawanan masyarakat LAsem tahun 1741 dan 1750. Tokoh-tokoh tersebut adalah Oei Ing Kiat. Raden Panji MArgono, dan Tan Ke Wie (1741). Dan tokoh di periode Perang II (1750) adalah Oei Ing Kat, Raden Panji MArgono, dan Kyai Ali Baidhowi. Wawancara yang kami lakukan pada tanggal 3 Agustus 2023 menghasilkan informasi yang menarik, seperti sikap toleransi antar masyarakat pribumi Jawa LAsem, Tionghoa, dan kaum muslim. Dalam wawancara ini, Pak Edi menceritakan tentang awal terjadinya perang Lasem mulai dari peristiwa Geger Pecinan tahun 1740 yang membuat banyak masyarakat Cina datang mengungsi ke Lasem sebagai akibat dari peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh VOC Belanda terhadap etnis tionghoa di Batavia. Pak Edi juga menjelaskan bahwa perang yang terjadi di Lasem pada tahun 1741 bukanlah perang LAsem, melainkan perlawanan yang dilakukan masyarakat Tionghoa di Lasem dan masyarakat pribumi Lasem turut membantu. Pak Edi menjelaskan bahwa perang Lasem yang sebenarnya terjadi pada tahun 1750 yang dipelopori oleh masyarakat pribumi Lasem dibawah pimpinan Raden Panji Margono, serta peran dari tokoh-tokoh lain. Informasi yang kami dapatkan dari Pak Edi Winarno sudah cukup lengkap,sehingga kemudian kami akhiri wawancara dengan beliau. Sebelum kami berpamitan, Beliau memberikan saran kepada kami untuk meminjam buku Sejarah Carita Lasem dan Buku kitab Santi Bodro di Perpustakaan Daerah Kabupaten Rembang sebagai tambahan referensi kami dalam membuat essay ini. baca juga artikel Cerita Penelitian Kami Tentang Pahlawan Lasem - Bagian 3

Penulis adalah Diyah Evita Sari 
Editor adalah Bayu Setyo Nugroho, S.Pd
Fotografer: Wahyu Diana